Friday, January 31, 2020

Janda Muda yang Sudah lama tidak Ngeseks


Kasir4D Marwah baru berusia 29 tahun, tapi sudah menjanda. Suaminya mati dalam sebuah kecelakaan bus, meninggalkannya sendirian dengan tiga orang anak yang masih kecil-kecil. Hidupnya jadi susah, karena itulah ia pulang ke desa untuk hidup bersama kedua orang tuanya.

Menjadi seorang janda bukan berarti sudah tidak menginginkan seks lagi. Itu salah. Buktinya, Marwah masih saja menginginkannya, apalagi sudah lama ia tidak mendapatkannya.

Memeknya jadi gatal, tapi ia harus sekuat tenaga menahannya.

Sebagai seorang wanita yang baik, ia tidak boleh terlalu vulgar mengumbar nafsu birahinya.

Di desa, Marwah memelihara bebek dan ayam. Dia juga mempunyai sebuah kolam ikan peninggalan almarhum suaminya serta beberepa petak sawah dan sedikit ladang kering.

Sehari-hari ia sibuk mengurusnya, lumayan untuk sedikit mengalihkan perhatiannya.

Sehari-hari, ia akrab dengan seorang anak pengangon kambing yang sesekali suka mengusilinya.

Namanya Adi, umurnya baru limabelas tahun. Selain usil, Adi juga suka bicara seenaknya.

Mulanya Marwah risih juga mendengar perkataannya yang tak senonoh itu.

Tapi setelah memperhatikan, ternyata anak itu hanya berkata jorok bila mereka berdua saja, dan semua kata-katanya tidak sampai terdengar keluar.

Hanya mereka berdua yang tahu. Itu membuat Marwah yakin kalau Adi adalah anak yang pintar menjaga rahasia.

Sampai akhirnya, terjadilah peristiwa itu…

Hari sudah beranjak sore ketika Marwah berniat untuk mandi.

Itu adalah rutinitasnya seperti biasa, tapi entah mengapa, sore itu ia merasa tidak enak hati, seperti ada yang membuatnya deg-degan.

Perasaannya jadi tidak menentu, naluri kewanitaannya mengatakan bakal ada sesuatu yang terjadi.

Entah itu baik ataupun buruk.

Dan benar saja, saat mau menyirami tubuh telanjangnya yang sudah disabuni, tiba-tiba ia dikejutkan oleh sepasang mata yang mengintip penasaran dari balik dinding gedek.

Seperti umumnya kamar mandi di desa, kamar mandi Marwah juga cuma ditutup gedeg atau anyaman bambu sebagai sekatnya.

Siapapun yang berniat mengintip akan dengan mudah melihat dari celah dinding bambu. Dan sore ini, Adi melakukannya.

Ya, Marwah sangat hafal sekali, itu adalah sepasang mata milik si bocah.

Adi, ngapain kamu?! tanya Marwah dari dalam.

“Ya, ini aku, Budhe…” jawab Adi enteng tanpa merasa bersalah sedikitpun.

Ia malah tersenyum lebar karena sudah berhasil mengintip tubuh montok Marwah yang sehari-hari tertutup jubah panjang dan jilbab lebar.

Memang, tidak semua orang bisa seberuntung dirinya saat ini.

Dalam hati, Marwah membatin, Nakal sekali anak ini, harus aku kasih pelajaran!

Dan pelajaran yang cocok untuk anak semacam Adi adalah… Marwah akan membiarkan bocah kecil itu terus mengintip tubuhnya! Rasain, biar saja dia jadi puyeng karena melihat seluruh tubuhnya.

Marwah tidak peduli.

Salah sendiri jadi anak kok nakal banget.

Pura-pura tidak terjadi apa-apa, Marwah meneruskan acara mandinya.

Sambil mengguyur tubuh montoknya yang masih penuh busa sabun, ia sedikit meliuk-liukkan tubuhnya, memamerkan bokong dan payudaranya yang bulat montok pada Adi.

Tersenyum dalam hati, Marwah memperhatikan betapa Adi terdiam dan terkagum-kagum memandanginya.

Bocah itu melotot dengan air liur hampir menetes keluar.

Jangankan Adi yang baru beranjak gede, orang-orang di pasar saja suka usil bila melihat Marwah.

Mereka suka mencolek dan menggodanya kala Marwah menjual telur bebek ke salah satu kios langganannya.

Dengan kemolekan tubuhnya, Marwah dengan cepat menjadi idola para pedagang telur di pasar inpres.

Tapi untunglah, dengan dandanannya yang alim dan sopan, sampai saat ini belum ada yang berani berbuat macam-macam kepada dirinya.

Dan Marwah berharap, semoga selamanya juga tidak ada.

Dia ingin menjalani hidupnya di desa ini dengan tenang. Marwah tidak ingin mencari masalah.

Setelah tubuhnya bersih, Marwah mengambil handuk yang ada di cantolan baju.

Pelan dia mengusap sisa-sisa air yang masih menempel di tubuh montoknya.

Diperhatikannya Adi yang masih tetap setia mengintip dari celah dinding. Marwah tersenyum, ia berniat untuk unjuk diri sekali lagi.

Entah kenapa, menghadapi Adi yang usil, sisi liar Marwah jadi bergejolak seperti ini.

Padahal biasanya ia cukup teliti menjaga aurat, buktinya ia selalu mengenakan baju panjang dan jilbab kalau keluar rumah.

Marwah tidak ingin ada yang menikmati lekuk tubuh montoknya secara gratis.

Menghadap persis ke arah Adi, Marwah mulai beraksi.

Sedikit membusungkan dada, ia mulai meremas-remas kedua bukit kembarnya berulang kali, membuat benda yang masih kelihatan padat meski sudah digunakan menyusui 3 orang bayi itu semakin terlihat indah.

Marwah juga memilin-milin putingnya yang mungil kecoklatan, yang kelihatan sangat kontras dengan kulit tubuhnya yang putih mulus.

Tak berhenti sampai di situ, tangan Marwah turun ke bawah dan mulai mengusap-usap bibir vaginanya.

Dia mencolokkan dua jarinya ke dalam dan mulai mengocoknya dengan begitu lembut.

Di luar, Adi menegang dan terpana saat melihat Marwah yang mulai bermasturbasi di depan matanya.

Adegan itu terus berlangsung selama beberapa menit sampai akhirnya Marwah menjerit keenakan tak lama kemudian.

Dari memeknya memancar air bening yang amat deras.

Adi tak berkedip memandanginya, bahkan ia terlihat semakin menempelkan matanya di dinding kamar mandi agar bisa melihat lebih jelas lagi.

Terengah-engah penuh kepuasan, Marwah mengguyur tubuhnya.

Ia mandi sekali lagi. Dilihatnya Adi masih setia mengintip apapun yang ia lakukan.

Marwah segera menegurnya.

Sudah, Di. Sudah tidak ada yang bisa dilihat. katanya begitu acara mandi sore itu selesai.

Tidak mendengar jawaban, Marwah menebak kalau Adi sudah pergi.

Hari sudah mulai gelap hingga ia tidak bisa melihat ke antara celah dinding kamar mandi.

Marwah segera mengenakan baju panjangnya kembali dan berjalan keluar menuju rumah.

Hari masih pagi ketika Marwah pergi ke sawah untuk melihat bebek-bebeknya.

Saat itu dia membawa beberapa buah singkong goreng sebagai bekal.

Setelah memastikan bebeknya tidak ada yang hilang dan selesai memberi makan mereka, Marwah pergi ke gubuk di tengah sawah untuk beristirahat.

Saat sedang asyik memakan bekalnya, dilihatnya Adi datang mendekat.

Hmm, mau apa bocah nakal itu sekarang? batin Marwah dalam hati.

Dilihat dari cengirannya yang usil, sepertinya Adi tidak merasa bersalah dengan peristiwa kemarin.

Pagi, Budhe… habis ngasih makan bebek ya? tanyanya.

Iya, Marwah mengangguk. Mana kambingmu? ia bertanya.

Tidak biasanya Adi pergi sendirian ke sawah tanpa dibuntuti kambing-kambingnya.

Sudah dibawa bapak ke bukit sana, Adi menunjuk bukit kecil yang ada di sebelah kiri mereka.

Kemarin kamu mengintip Budhe ya, kenapa? tanya Marwah saat Adi sudah duduk di sebelahnya.

Adi suka nglihat tetek Budhe yang gede, jawab Adi enteng.

Marwah memperhatikan payudaranya. Memang benar, meski tertutup baju panjang dan jilbab lebar, benda itu terlihat sangat bulat dan menggiurkan.

Anak sekecil Adi aja tahu kalau tetek Marwah begitu montok dan besar.

Bocah itu tidak salah.

Selain tetek Budhe, kamu mau lihat apa lagi? pancing Marwah, entah kenapa dia jadi bertanya seperti ini.

“Ya… apalagi kalau bukan tempeknya Budhe,” kata Adi seenaknya.

Yang dimaksud dengan tempek adalah kemaluan wanita, alias vagina.

“Kamu masih kecil, tapi sudah gatal,” Marwah nyeletuk.

Meski tahu kalau Adi sedikit nakal, dia tetap sayang kepada bocah itu karena Adi suka membantunya kalau Marwah lagi sibuk di sawah sendirian.

Semua penduduk desa tahu kalau mereka sangat dekat dan akrab.

Tapi tak seorang yang tahu kalau Adi suka ngomong jorok dan seenaknya.

Tempek Budhe kemarin gatal ya, kok sampe digaruk segala? tanya Adi mengenai masturbasi Marwah.

Marwah tersenyum lebar, Bukan gatal, Budhe cuma pengen kencing aja. dia mengarang alasan.

Perasaan, kalau ibuku kencing nggak sampai seperti itu deh, sahut Adi.

Kamu pernah melihat ibumu kencing? tanya Marwah tak percaya, benar-benar sudah kelewatan bocah satu ini.

Nggak ngeliat langsung, cuman nggak sengaja saat ibu jongkok di kebun belakang. jelas Adi.

Dasar kamu ya, Marwah mengacak-acak rambut bocah itu.

Eh, kalau ngintip ibumu mandi mandi, pernah nggak? tanya Marwah, tiba-tiba saja terlintas pikiran itu di otaknya yang tertutup jilbab.

Adi mengangguk. Iya, pernah.

“Gimana tetek ibumu, gede kan?” tanya Marwah penasaran.

Dia memang pernah sekali melihat ibu Adi sedang mandi di sungai, dan menurutnya tubuh perempuan itu cukup menarik juga meski wajahnya tidak cantik-cantik amat.

Adi terdiam membayangkan, Lumayan sih, tapi tetep lebih gede punya Budhe, jawabnya sesaat kemudian.

Marwah tertawa mendengarnya. Itu karena usia ibumu sudah tua, jadi teteknya kendor.

Coba kalau seusia Budhe, pasti ukurannya bakal sama.

Adi menggeleng, Nggak, masih lebih bagus punya Budhe.

Marwah tertawa lagi. Trus, emang kenapa kalau lebih bagus punya Budhe? Kamu mau ngapain? tantangnya.

Adi tersipu malu, Ya nggak apa-apa sih.

Adi cuma pingin pegang, pingin hisap, pingin remas-remas!” kata bocah itu sekenanya.

“Ah, kamu ini… dasar anak kecil!” Marwah kembali mengacak-acak rambut gondrong Adi.

“Kecil apanya? Nih Budhe lihat!” tanpa disangka oleh Marwah, Adi tiba-tiba berdiri dan memelorotkan celananya.

Adi! pekik Marwah saat melihat kontol Adi yang sudah ngaceng keras.

Walau bulunya masih sangat sedikit, tapi benda itu tampak begitu mempesona.

Bagi seorang wanita yang haus akan sentuhan seperti Marwah, melihat kontol tepat di depan matanya seperti sekarang, tak urung dengan cepat membuat darahnya berdesir.

Gila. Anak umur 15 tahun, tapi kontolnya sudah mirip orang dewasa, batin Marwah dalam hati.

“Gimana, besar kan, Budhe?” tanya Adi bangga sambil semakin memamerkan penisnya.

“Ya, lumayan juga. Marwah tak sanggup memalingkan mukanya dari benda coklat panjang itu.

Kok cuma lumayan, ini kan sudah gede banget. protes Adi tidak terima.

Memang gede sih, tapi kan belum pernah dipakai.

Mana bisa tahu kuat apa nggak?” pancing Marwah lebih nakal lagi.

“Dipakai buat ngentot ya, Budhe? tanya Adi polos.

Marwah mengangguk mengiyakan.

Iya, kamu sudah pernah ngentot belum? Aku yakin belum! yakin Marwah.

Adi tersipu malu, Aku kepingin ngentot, Budhe, tapi bagaimana? tanyanya bingung.

Bukan bagaimana, tapi sama siapa! Kalau soal cara ngentot sih, Budhe bisa ngajarin. tawar Marwah.

Adi langsung menyeringai lebar mendengarnya, Ya betul! Kenapa nggak sama Budhe aja? kata Adi ceplas-ceplos.

“Gila kamu! Ngajarin kan bisa lewat tulisan atau cerita, nggak perlu harus ngentot langsung.” kilah Marwah.

“Ayolah, Budhe. Masak cuma lewat tulisan, nggak seru dong! kata Adi.

Marwah diam tidak menjawab. Dia tampak berpikir keras.

Sebagai seorang wanita berjilbab, ia tidak boleh melakukannya.

Tapi di sisi lain, hati kecilnya tidak bisa dibohongi.

Pembicaraan ini telah memancing gairahnya.

Ditambah dengan kontol Adi yang besar, yang terus tersaji indah di depannya, membuat Marwah jadi sangat kesulitan untuk menentukan sikap.

Bebek-bebek terus bersuara di sekitar mereka, terkadang berenang kian kemari di air sawah yang baru saja dipanen.

Binatang berkaki selaput itu berebutan memakan biji padi yang masih banyak berserakan disana.

Sisanya yang tidak kebagian mencocorkan paruhnya ke pematang sawah, berharap mendapat cacing atau siput yang sedang sial.

“Boleh ya, Budhe?” Adi mendesak semakin berani.

Marwah menghela nafas. Ia memandangi bocah kecil itu dan tersenyum, “Benar kamu mau tahu?” tanyanya penasaran dengan kemampuan Adi.

“Iya, Budhe. Aku pengen sekali ngentot.

Apalagi dengan orang secantik Budhe, aku pingin sekali!!” seru Adi penuh semangat.

“Tapi kamu tidak boleh bercerita kepada siapapun juga. Sumpah?” kata Marwah serius.

“Sumpah, Budhe. Aku nggak bakal cerita sama siapapun.” Adi menganggukkan kepalanya.

Marwah tersenyum dan kembali mengacak-acak rambut gondrong Adi.

Sebentar ya, dia melihat sekeliling, memastikan kalau mereka aman. Gubuk itu berbentuk terbuka, dengan anyaman bambu yang menutupi hingga sebatas pundak.

Kalau mereka duduk, dari kejauhan, hanya kepala mereka yang terlihat.

Marwah menyadari hal ini dan tersenyum. Mereka bisa melakukannya!

Situasi juga sangat memungkinkan.

Hari yang masih pagi membuat para petani sibuk di sawah masing-masing. Tidak akan ada yang melihat ke arah gubuk, atau bahkan mendatangi tempat dimana Adi dan Marwah sedang berada sekarang.

Ditambah suara ratusan bebek yang berkuek-kuek nyaring, itu bisa menyamarkan dengan baik suara desahan mereka saat ngentot nanti.

Sempurna! Marwah membatin dalam hati. Dia kemudian berpaling kembali pada Adi.

“Kamu telentang di sini dan tetap pakai bajumu.

Kalau ada orang lewat, kamu cepat menaikkan kembali celanamu!” kata Marwah memberi instruksi.

Adi segera mengikuti apa yang dianjurkan oleh perempuan cantik itu.

Dia tidur telentang dan celana melorot hingga sebatas paha, memperlihatkan burung besarnya yang mendongak gagah mencari mangsa.

Marwah mengelus-elus burung Adi sebentar sampai benda itu menjadi benar-benar keras.

Gila, ternyata kontol itu bisa membengkak sampai dua kali lipat, ukurannya juga menjadi sedikit lebih panjang.

Marwah sampai geleng-geleng kepala dibuatnya.

Baru umur segini sudah begini gede, gimana kalau sudah besar nanti? Marwah membatin dalam hati, menyadari potensi pada diri Adi sebagai pria perkasa.

Tak tahan, Marwah segera mengangkat baju panjangnya ke atas, ia menyingkapnya hingga ke pinggang.

Dibiarkannya Adi mengelus-elus kulit pahanya yang putih mulus sebentar.

Kamu suka, Di? tanyanya sambil melepaskan celana dalam.

Dengan nakal dipamerkannya lubang memeknya yang sempit pada bocah kecil itu.

S-suka… suka banget, Budhe! sahut Adi dengan mata nanar menatap gundukan memek Marwah yang tersaji indah di depan hidungnya.

Dengan tangan gemetar ia mulai mengusap-usap dan memijitinya.

Isap, Di, kata Marwah sambil menggeser sedikit tubuhnya, ia menaruh belahan memeknya tepat di depan mulut si bocah kecil.

Adi dengan penasaran segera menjulurkan lidahnya.

Rasa memek Marwah yang segar dan harum membuatnya suka, iapun menjilat dan menghisap benda itu dengan begitu rakus.

Adi bahkan sampai membenamkan muka ke dalam lubangnya. Ia bernafas disana.

Marwah yang menerimanya jadi kelojotan tak karuan.

Sudah lama ia tidak merasakan yang seperti ini, dan begitu mendapatkannya, ternyata Adi begitu pintar.

Gerakan lidahnya bagai orang yang sudah berpengalaman bertahun-tahun, padahal Marwah tahu, ini juga saat pertama Adi.

Ahh.. Terus, Di. Yah, disitu… isep yang mungil itu.

Itu namanya itil, Di. Enak banget kalau diisep! Oughhh! Marwah merintih tak karuan.

Tangannya menggapai-gapai untuk mencari pegangan agar tidak sampai ambruk karena saking nikmatnya.

Tapi yang ia temukan malah kontol besar Adi. Tak apalah, daripada tidak ada sama sekali.

Marwah segera memeganginya dan mulai mengocoknya pelan.

Adi yang mendapat suntikan rangsangan dari Marwah, melenguh pelan dan mulai menjilat semakin keras.

sekarang bukan lidahnya saja yang bekerja, tapi juga tangannya.

Adi menyusupkan tangannya ke balik baju terusan Marwah dan menyelipkannya di balik BH perempuan cantik itu.

Diremas-remas tetek Marwah yang menggantung indah, yang selama ini selalu menjadi obsesinya dengan penuh nafsu. Ugh, benda itu terasa begitu empuk dan kenyal.

Ukurannya yang sangat besar membuat tangan mungil Adi tidak bisa mencakup semuanya.

Dengan dua jari, Adi menjepit dan memilin-milin putingnya yang terasa mengganjal.

Sebentar saja, benda itu sudah menjadi begitu kaku dan keras, sama dengan kontolnya yang kini mulai dijilat dan diciumi oleh Marwah.

Saling mengulum kemaluan, mereka kini berposisi 69.

Marwah di atas dan Adi di bawah.

Melihat kontol Adi yang menjadi kian keras dan panjang membuat Marwah jadi tak tahan.

Maka sambil menyodorkan memeknya ke mulut mungil si bocah, ia pun mulai menunduk untuk mengulum dan menjilati batang penis Adi.

Adi yang mendapat tambahan rangsangan dari Marwah, memekik gembira.

Dengan penuh nafsu ia menjilat dan menghisap memek sempit si ibu muda,

sementara kedua tangannya terus bergerilya meremas-remas gundukan payudara Marwah yang sekarang menggantung indah di balik bajunya dan sudah tidak tertutup BH.

Cukup lama mereka berada dalam posisi seperti itu sebelum akhirnya Marwah bangkit dan mulai mengangkangi tubuh Adi.

Menghadap lurus ke arah si bocah, Marwah menaruh kedua lututnya di atas balai-balai gubuk yang terbuat dari bambu.

Ditangkapnya burung Adi yang sudah menyundul-nyundul tak sabar di depan pintu gerbang surganya, lalu dituntunnya benda itu agar segera memasukinya secara perlahan.

Memek Marwah terasa sangat lengket dan basah, campuran antara cairan kewanitaannya yang merembes keluar dan air liur Adi.

Marwah terus menekan tubuhnya ke bawah saat batang penis Adi sudah menyelinap masuk.

Oughhh… Adi merintih begitu merasakan kehangatan lubang memek Marwah yang menyelimuti batang penisnya.

Lorongnya terasa begitu lembut dan hangat, juga sangat menggigit sekali hingga membuat Adi yang doyan onani jadi merem melek keenakan.

Sambil mengoyang perlahan-lahan, Marwah berpura-pura lagi menjaga bebeknya.

Ketika ada seseorang lewat di pematang seberang, dia sengaja berteriak-teriak menghalau bebek-bebeknya.

Orang itu tersenyum dan menyapa Marwah, Giat amat, Mbak Marwah.

Pagi-pagi sudah ke sawah.

Menahan desahannya, Marwah tersenyum dan menjawab, Iya nih, Pak, oughhh… bebeknya nakal, ahh… suka nyosor ke sawah orang, ughh!

Petani tua yang menyapanya memicingkan mata, Mbak Marwah nggak apa-apa? Kok kayak kesakitan gitu? tanyanya curiga.

Marwah kembali tersenyum, B-banyak semut, ehss… pada ngegigit kaki saya!

Pak Tua tersenyum, Hati-hati, Mbak.

Disini semutnya nakal-nakal, sukanya gigit wanita cantik.

I-iya, Pak, arghhh! Marwah memekik.

Saat itu, berbaring di bawah tubuhnya, Adi menggenjot penisnya semakin keras.

Begitu kencangnya tusukan itu hingga beberapa kali kontolnya yang panjang menembus memek Marwah hingga ke pangkal.

Marwah jadi kelojotan dibuatnya. Ia merasa sangat nikmat sekali.

Apa yang dimaksud dengan Kasir4D ?
Untuk jelasnya silahkan kunjungi :
Kasir4D , Agen Togel , Bandar Togel , Casino Online Terpercaya
Tetap tersenyum, sambil geleng-geleng kepala, si Petani Tua pergi meninggalkan Marwah.

Dia meneruskan langkah menuju ke sawahnya sendiri.

Eghh… Budhe! Adi memeluk kedua paha Marwah dan menggoyang pinggulnya semakin cepat.

Dia juga merasa nikmat, bahkan lebih nikmat daripada yang dirasakan Marwah, mungkin karena ini adalah persetubuhan pertamanya.

Setiap hari, setiap kali angon kambing, Adi selalu berfantasi dan berbicara tentang kecantikan Marwah dengan teman-temannya.

Bocah-bocah kecil itu ramai ngomongin betapa molek dan montoknya ibu muda itu.

Beberapa kali mereka saling menantang, bertanya siapa yang berani menggoda Marwah duluan.

Dan sampai berbulan-bulan, ternyata hanya Adi yang berani mendekatinya.

Dan sekarang dia mendapatkan hasilnya, Adi bisa merasakan tubuh montok Marwah meski dalam situasi yang sangat menegangkan.

Tapi justru itu yang bikin nikmat, rasa deg-degan karena takut terpergok membuat mereka meresapi setiap detik tautan alat kelamin mereka.

Memandang sekeliling, Marwah memastikan kalau tidak ada lagi orang yang lewat.

Sambil terus menggoyang tubuhnya dari atas, ia semakin kencang menekan pinggulnya jauh ke bawah, membuat kontol Adi jadi menusuk dan menancap lebih dalam.

Mereka memekik bersamaan, cukup keras terdengar, tapi untung ada suara celoteh bebek-bebek yang menyamarkannya.

Marwah membungkuk dan mengeluarkan teteknya dari balik jubah, ia meminta Adi untuk menghisapnya.

Ini kan yang kau inginkan? tanyanya dengan kerlingan nakal.

Tak menjawab, Adi segera menyosor benda bulat itu.

Gerakan mulutnya secepat paruh para bebek yang lagi berebutan cacing. Bedanya, kali ini puting Marwah lah yang menjadi sasarannya.

Adi mencucup dan menghisapnya dengan rakus. Ia menjilatinya secara bergantian, dua-duanya ia garap secara adil, dari kiri ke kanan, lalu balik lagi lagi ke kiri.

Kalau sudah kelelahan, ia benamkan mukanya ke belahannya yang curam.

Auw! Marwah memekik kegelian menerimanya, tapi bukannya berhenti, ia malah meminta Adi agar menggigit-gigit ringan putingnya.

Dengan senang hati, Adipun melakukannya. Dan Marwah semakin kelojotan dibuatnya, ia terus menekan tubunnya sampai dirasakannya Adi orgasme tak lama kemudian.

Sperma bocah itu berhamburan memenuhi lubang memeknya.

Budhe, aku keluar! pekik bocah itu sambil meremas kuat-kuat tetek besar Marwah.

Marwah terdiam, membiarkan Adi menikmati puncak permainannya.

Dasar bocah, baru sebentar sudah keluar. batinnya dalam hati. Tapi Marwah tak bisa menyalahkannya juga.

Siapa juga yang bisa tahan main lama dengannya? Jangankan Adi yang masih bau kencur, dulu suaminya saja hanya sanggup bertahan lima menit.

Tubuhmu terlalu nikmat, Sayang! begitu kata suaminya beralasan kalau Marwah mendengus kecewa.

Dan sampai laki-laki itu meninggal, Marwah tidak pernah merasakan indahnya orgasme.

Jadi dia maklum saja kalau Adi yang baru pertama kali ini ngentot, jadi kelihatan cupu di depannya.

Kamu salah memilih sasaran, Di. gumam Marwah sambil membenahi pakaiannya.

Dia sudah mencabut penis Adi dari belahan memeknya dan sekarang menyuruh bocah nakal itu untuk mencuci tubuhnya di sungai.

Marwah menyusul tak lama kemudian.

Jongkok di tepi sungai, ia membasuh lubang kencingnya yang penuh oleh sperma Adi.

Budhe, punyaku bangun lagi. seru Adi yang duduk di sebelahnya.

Marwah menoleh, dan mendapati kontol Adi yang sudah tegang kembali.

Kenapa, kamu pengen lagi? tanya Marwah menggoda. Dia memegangi penis itu dan kembali mengocoknya pelan.

Adi mengangguk malu-malu, Iya, Budhe.

Kan tadi sudah, kilah Marwah.

Tapi masih pengen, rengek Adi manja.

Besok lagi ya? Sekarang Budhe harus pulang, sudah siang.

Marwah melepas kontol Adi, membuat si bocah melenguh kecewa.

Besok? Disini? Seperti tadi? tanya Adi penasaran.

Marwah tersenyum dan mengangguk. Hatinya gembira, dia kini sudah punya teman yang bisa membantunya melepas birahi, meski itu adalah Adi, anak tetangganya yang baru berusia 15 tahun.

Tapi tak apa, biarpun masih kecil, tapi kontolnya sudah keras dan panjang.

Dan kalau dilatih dengan benar, dengan bimbingan Marwah tentunya, sebentar lagi benda itu akan menjadi dewasa dan siap untuk digunakan sepenuhnya.

Gimana, Budhe? tanya Adi lagi, menagih janji Marwah.

Marwah mengangguk. “Iya, disini. Tapi ingat, kamu harus jaga rahasia ini. Kalau sampai ada orang yang tahu, bisa-bisa kamu akan dibunuh orang. Kamu nggak mau kan itu terjadi? ancam Marwah.

Adi mengangguk setuju.

Esoknya, setelah mengikat kambing-kambingnya ke pohon terdekat, Adi mendekati Marwah yang sudah menunggu di dalam gubuk.

Pagi, Budhe? sapanya ramah.

Marwah melirik celana bocah itu, tampak sudah ada sedikit tonjolan disana, Adi rupanya sudah tak sabar.

Kok bawa kambing, kemana ayahmu? tanya Marwah basa-basi.

Tidak menjawab, Adi malah meloncat duduk di samping Marwah dan langsung menjulurkan tangannya untuk meremas-remas tetek Marwah yang tersembunyi di balik baju kurung.

Adi kangen ini, Budhe. kata bocah itu.

Marwah tersenyum dan tetap membiarkan Adi melakukannya.

Budhe juga kangen ini? balas Marwah sambil mengelus-elus kontol Adi dari luar celana.

Cukup lama mereka saling merangsang hingga ada beberapa orang ibu-ibu yang lewat di belakang gubuk.

Marwah segera berpura-pura menawari Adi minum kopi.

Cepat minum, Di, sebelum keburu dingin!

Adi langsung menenggaknya, sama sekali tidak menyangka kalau kopi itu masih sangat panas.

Dia langsung mengaduh sambil jingkrak-jingkrak, lidahnya serasa terbakar.

Para ibu tertawa melihatnya, bahkan Marwah juga ikutan tertawa.

Adi jadi tersipu karena jadi bahan tertawaan.

Tapi untunglah, karena tingkahnya itu, jadi tidak ada yang curiga dengan apa yang baru saja ia lakukan bersama Marwah.

Dapat kue apa, Di, dari Budhe Marwah? tanya salah seorang ibu.

Mereka rupanya hendak menuju sawah Haji karim yang hari ini dipanen.

Adipun menjawab sekenanya, Ini, ada singkong goreng.

Tapi masih belum boleh dimakan, nunggu dibuka dulu.

ibu-ibu tertawa mendengarnya, setelah pamit pada Marwah, mereka melanjutkan perjalanan.

Marwah yang mengerti apa yang dimaksud oleh Adi, langsung menjitak kepala bocah itu kuat-kuat.

Hati-hati kalau bicara, kan sudah Budhe peringatkan kemarin. ancam Marwah.

I-iya, Budhe. sambil mengusap-usap kepalanya yang jadi benjol, Adi menjawab takut-takut.

Marwah jadi kasihan melihatnya.

Setelah melihat sekeliling, memastikan kalau situasi aman, iapun berkata pada Adi.

Udah… sini, sekarang kamu rebahan di pahaku.

Kepalamu di sini, Marwah menunjuk pangkal paha di bawah perutnya.

Kamu hisap tetek Budhe biar lidahmu jadi dingin lagi.

kata Marwah, merujuk pada kekonyolan Adi tadi.

Mengangguk kesenengan, Adipun merebahkan kepalanya di paha Marwah, dinantikannya Marwah yang sedang sibuk melepas kancing baju panjangnya.

Tersenyum, Marwah mengeluarkan teteknya dan memberikannya pada Adi, ia menarik keluar dua-duanya, menyajikan pemandangan yang sangat indah di mata si bocah.

Tak berkedip, Adi segera mencium dan mengulumnya, ia hisap putingnya yang bulat runcing bergantian, kiri dan kanan.

Bagai bayi yang kehausan, mulutnya terus menempel di dada Marwah.

Dengan jilbab lebarnya, Marwah menyembunyikan kepala Adi, membuat perbuatan mesum mereka jadi terasa aman.  Togel Online

Di sisi lain, Marwah juga tak mau tinggal diam, dia mulai mengelus-elus burung Adi.

Tak puas dari luar celana, ia masukkan tangannya ke dalam celana si bocah.

Masih tak puas juga, akhirnya ia pelorotkan celana pendek Adi ke bawah hingga kontolnya yang sudah menegang dahsyat terlontar keluar.

Marwah segera menangkap dan menggenggamnya, lalu dengan perlahan mulai dielusnya.

Sementara Adi terus menghisap teteknya secara bergantian, Marwah mulai mengocok benda itu kuat-kuat, ia benar-benar gemas dengan kontol muda Adi.

Ehm… ehss… enak, Budhe! desis Adi dengan mulut tetap menempel di puting Marwah, sekarang benda itu sudah terlihat basah dan memerah karena air liurnya.

Marwah membalas dengan mengocok penis Adi semakin cepat, dan saat ia sudah mulai tak tahan,

cepat-cepat Marwah menyingkap baju panjangnya dan berbaring telentang di papan.

Sedikit tak sabar, ia bimbing Adi agar segera menindih tubuhnya.

Gemas ditangkapnya burung bocah itu lalu cepat dimasukkannya ke dalam memek saat Adi tampak kesulitan melakukannya.

Begitu sudah masuk, reflek Adi segera memompa tubuhnya, membuat alat kelamin mereka sekali lagi saling mengisi dan menggesek.

Mereka melenguh berbarengan, juga merintih bersama-sama, serta berkeringat berdua sampai akhirnya Adi melepaskan spermanya tak lama kemudian.

Sama seperti kemarin, Marwah juga belum apa-apa.

Ia baru merasa nikmat, tapi Adi sudah keburu terkapar duluan.

Tapi lumayan, sudah sedikit lebih lama dari kemarin.

Adi segera mencabut penisnya dan duduk terengah-engah di samping Marwah, ia melihat sekeliling sembari memperbaiki celananya.

“Bagaimana, ada orang” tanya Marwah yang masih tiduran.

Tangannya menarik kembali bajunya ke bawah hingga menutup ke mata kaki.

Untuk payudaranya, tetap ia biarkan terbuka karena Adi masih mengusap-usap dan meremas-remasnya pelan.

Bocah itu tampak sangat menyukainya.

Tidak menjawab, mata Adi tetap awas melihat sekeliling.

Sementara tangannya juga tetap berada di atas gundukan payudara Marwah, meremas-remas lembut disana sambil sesekali memijit dan menjepit putingnya yang bulat mungil.

Merasa diperdayai, Marwah segera bangkit dan duduk di samping Adi.

Benar, sawah kelihatan sepi, sama sekali tidak ada orang.

Ia segera menjitak kepala bocah itu keras-keras, Dasar kamu, ya! umpatnya karena sudah dibohongi.

Adi tertawa cengengesan sambil mengusap-usap kepalanya yang nyeri, sama sekali tidak kelihatan marah.

Malah dia mengajak Marwah untuk pergi ke sungai membersihkan diri.

Sejak itu, hubungan mereka menjadi semakin akrab.

Adi setiap hari meminta jatah kepada Marwah, dia sudah tidak malu-malu lagi melakukannya, sepertinya dia sudah ketagihan dengan tubuh molek ibu muda itu.

Marwah yang melihatnya, jadi punya ide lain.

Dengan senang hati ia memberikan tubuhnya pada Adi dengan sedikit permintaan; disuruhnya Adi ini dan itu, mulai dari menjaga bebek hingga mengangkat pakan ternak yang beratnya minta ampun.

Tapi Adi tampak senang-senang saja melakukannya, yang penting ia dapat merasakan tubuh mulus Marwah.

Hubungan itu terus berjalan hingga tanpa terasa sudah memasuki bulan ketiga.

Adi sudah semakin ahli dan pintar, beberapa kali ia bisa mengantar Marwah menuju orgasmenya.

Marwah senang bukan main menerimanya, ia semakin sayang pada bocah itu.

Untuk jaga-jaga, Marwah ikut KB.

Tiap hari ia minum pil agar tidak sampai hamil.

Hubungan ini tidak boleh sampai berakhir.

Dan bukan hanya mereka berdua yang senang, orang tua Adi juga ikut gembira karena anaknya diperlakukan dengan baik oleh Marwah.

Mereka ikhlas saja melepas Adi, bahkan menyuruh bocah itu agar tak segan membantu Marwah bila ada kesulitan.

Misalnya seperti hari ini, saat Marwah sibuk membuat telor asin, dengan senang hati orang tua Adi mengijinkan anak mereka agar menginap di rumah Marwah.

Biar bisa cepat selesai, begitu kata ayahnya.

Marwah tersenyum dan mengucapkan terima kasih.

Di belakang, Adi bersorak gembira karena tadi siang, Marwah menjanjikannya sesuatu yang spesial, dengan syarat dia mau tidur di rumahnya.

Adi jadi tidak sabar menunggu, apakah sesuatu yang spesial itu?

Malam bergerak lamban bagi Adi.

Sampai pukul 21.00, mereka masih mengerjakan pesanan telor asin yang tinggal sedikit lagi selesai. Di luar, suasana cukup sepi.

Di Desa itu memang jarang yang keluar malam.

Kelelahan setelah bekerja seharian di ladang membuat banyak rumah yang sudah menutup pintu, bahkan tidak sedikit yang mematikan lampu.

Tak terkecuali kediaman Marwah, bahkan anak dan orang tua Marwah sudah pada tidur sejak sore tadi.

Hanya tinggal Adi dan Marwah yang masih melek di malam yang dingin itu.

Adi yang sudah tak sabar segera mencolek lengan Marwah, Gimana, Budhe? tanyanya konak.

Marwah membalas dengan mengusap pelan kontol Ade, benda itu terasa sudah mengeras dan menegang penuh.

Sabar, tinggal sedikit lagi. bisiknya.

Adi memindahkan tangannya ke gundukan payudara Marwah, membuat baju kurung yang dikenakan wanita itu jadi bernoda tanah saat dia mulai meremas-remas pelan disana.

Marwah hanya mendesah, tapi tidak menolak.

Sambil terus membuat telor asin, dia membiarkan tangan Adi tetap berkreasi.

Sekarang bocah itu malah sudah memasukkan jari-jemarinya ke sela kancing baju Marwah, menyentuh gundukan payudaranya secara langsung dan memilin-milin putingnya yang sudah mulai terasa sedikit mengeras.

Marwah sadar, Adi sudah benar-benar pengen, nafsu bocah itu sudah tidak dapat ditangguhkan lagi.

Meletakkan telornya yang tinggal sekeranjang lagi, Marwah segera mengajak Adi untuk mencuci tangan ke sumur belakang.

Setelah itu ia segera menuntun si bocah masuk ke dalam kamarnya.

Saat melewati dapur, Marwah mengambil sedikit minyak goreng, ditaruhnya di dalam sebuah mangkok kecil.

Buat apa, Budhe? tanya Adi penasaran.

Ini yang kubilang spesial kemarin, sahut Marwah.

Budhe mau menggoreng ikan di kamar? tanya Adi polos.

Tawa Marwah meledak mendengarnya, Sudah, kamu diam saja.

Mereka masuk ke kamar dan Marwah segera mengunci pintunya.

Dua anaknya sudah tidur di kamar yang lain, sedang yang terkecil lebih sering tidur bersama neneknya.

Marwah tidur sendiri di kamar ini. Tapi tidak malam ini, sekarang ia ditemani Adi, yang sudah ditelanjanginya sampai bugil dan disuruhnya berbaring di atas ranjang.

Marwah sudah melapisi spreinya dengan plastik putih tipis transaparan.

Panas, Budhe.

Adi mengomentari alas tidurnya yang aneh.

Marwah tersenyum saja, tapi tidak menjawab.

Ia mulai mencopoti seluruh bajunya hingga tak lama kemudian sudah sama-sama bugil.

Kontol Adi tampak semakin menegang dahsyat melihat tubuh montok Marwah yang tersaji indah di depannya.

Inilah untuk pertama kalinya ia melihat tubuh Budhenya secara utuh, dalam jarak yang begitu dekat, tanpa perlu harus mengintip seperti yang dilakukannya dulu.

Tetap tersenyum, Marwah segera berjalan mendekat sambil membawa mangkok berisi minyak goreng. Ia duduk di samping Adi.

Dibiarkannya tangan Adi yang nakal mulai merambat untuk mengelus-elus seluruh tubuhnya.

Kamu suka tubuh Budhe? tanya Marwah memancing sambil tangannya mulai melumuri burung Adi memakai minyak goreng.

Adi tentu saja langsung tersentak dibuatnya.

Ehm… suka banget, Budhe! Uughh… enak! rintihnya saat Marwah mulai mengocok kontolnya pelan.

Marwah kembali mengucurkan minyaknya, kali ini giliran perut dan dada Adi yang menjadi sasaran.

Dengan menggunakan gundukan payudaranya, Marwah kemudian menunduk untuk meratakannya.

Adi tentu saja langsung terkejang-kejang dipijit-pijit seperti itu.

Apalagi saat Marwah mulai menindih tubuhnya, dan secara perlahan memasukkan penisnya yang sudah menegang dahsyat ke dalam lubang memeknya… ugh, nyawa Adi bagai terbang ke langit ke tujuh merasakannya!

Tapi baru saja ia menggoyang, kira-kira masih sepuluh tusukan, tiba-tiba Marwah berhenti menggerakkan pinggulnya, membuat kontol Adi yang baru merasa nikmat jadi ngaceng tanggung.

Budhe, kok berhenti? tanya Adi kecewa.

Marwah tersenyum penuh arti, Kamu suka, enak tidak? tanya Marwah nakal.

Adi mengangguk cepat, Enak banget, Budhe. Ayo goyang lagi! pintanya.

Marwah menggeleng. Ada lagi yang lebih enak, kamu pasti suka! sambil berkata, dia turun dari tubuh Adi, membuat si bocah makin mendengus kesal karena merasa dipermainkan.

Apaan, Budhe? Ayo cepetan! seru Adi tak sabar, rasanya dia tega untuk memperkosa Marwah kalau wanita itu terus menggodanya seperti ini.

Tidak menjawab, Marwah mengambil minyak goreng lalu mulai melumuri lubang pantatnya sendiri.

Setelah dirasa cukup merata, dia kemudian membungkuk di depan Adi, mempertontonkan lubang pantatnya yang tampak licin dan mengkilat.

Adi yang tidak mengerti apa yang diinginkan oleh Marwah, segera menyerbu dari belakang dan menusukkan batang kontolnya ke lubang memek si ibu muda.

Bukan yang itu, Di.

Marwah cepat mendorong tubuh Adi ke belakang.  Casino Online

Tapi yang ini! dia menunjuk lubang anusnya.

Adi celingukan, Apa cukup, Budhe? tanyanya sambil membandingkan ukuran penisnya dengan lubang itu.

Lakukan saja, nanti aku tuntun, kata Marwah tak sabar.

Dia kembali menungging saat Adi mulai berlutut di belakangnya.

Cepat ditangkapnya burung bocah itu lalu ia tempelkan ujungnya yang tumpul ke lubang pantatnya.

“Ayo tusuk, Di. Tekan yang kuat,” Marwah memberi perintah.

Adi mengikuti, ia tekan kontolnya kuat-kuat hingga menembus lubang sempit itu.

Ia merasakan bagaimana cengkeraman lubang anus Marwah bagai mencekik burungnya, tapi tetap berusaha ia tahan karena di sisi lain ia juga merasa nikmat karenanya.

Adi merasa kontolnya bagai diremas-remas dan dielus-elus ringan oleh lorong anus Marwah.

“Ayo goyang, Di,” bisik Marwah saat rasa kebas di pantatnya sudah mulai hilang.

Adi melakukannya, ia mulai menggoyang pinggulnya perlahan hingga batang penisnya yang besar bergerak keluar-masuk dengan pelan di dalam lubang sempit Marwah.

Eghs… Terus, Di… ughh… enak! desah Marwah keenakan. Mereka terus berada dalam posisi seperti itu hingga beberapa menit lamanya.

Sambil menggoyang, Adi menggapai tetek Marwah yang menggantung indah di depannya untuk digunakannya sebagai pegangan.

Putingnya yang mungil ia pilin-pilin kuat saat penisnya keluar-masuk semakin cepat di pantat perempuan cantik itu

Ough… enak, Di! Terus! Tusuk yang dalam! Ahh… Marwah menggeleng-gelengkan kepala, merasa sangat nikmat sekali.

Sudah lama ia tidak merasakan yang seperti ini, terakhir dengan suaminya beberapa tahun yang lalu, itupun tidak lama karena sang suami lebih suka mencoblos liang memeknya daripada lubang pantatnya.

Dengan Adi, Marwah jadi bisa menyalurkan fantasinya yang tertunda.

Arghhh… Adi… aku oughhh… tak sanggup meneruskan kata-katanya, Marwah meledak tak lama kemudian.

Ia orgasme, air cintanya tumpah ruah membasahi plastik bening di atas sprei.

Adi sedikit kaget dibuatnya, ia sempat menghentikan goyangannya sebentar untuk mengintip apa yang terjadi.

Saat tahu kalau Marwah baik-baik saja, bahkan wanita itu terlihat puas dan bahagia sekali, barulah Adi meneruskan genjotannya, bahkan kali ini menjadi lebih cepat karena ia juga merasa tidak tahan lagi.

Jepitan anus Marwah yang sangat ketat dan kuat mustahil untuk dilawan.

Arghhhh… Budhe! menjerit tak kalah keras, Adi memeluk kuat tubuh montok Marwah dan menusukkan penisnya sedalam mungkin ke lubang dubur perempuan cantik itu, disana ia melepaskan semua spermanya berkali-kali.

Marwah tersenyum, semua pelajarannya untuk mendewasakan Adi kini tuntas sudah.

Anak itu sudah resmi menjadi lelaki dewasa.

Dipeluknya tubuh kurus Adi yang ambruk kelelahan di atas ranjang, ditunggunya hingga Adi siap untuk ronde yang kedua.

Malam ini adalah malam spesial, mereka tidak boleh tidur!

Thursday, January 30, 2020

Pengalaman Seks Dengan Asistenku


Kasir4D Namaku Rendi, seorang spesialis kandungan dokter di rumah sakit negeri di kota S.

Umurku 35 tahun tapi aku belum nikah, jangan salah bukan karena aku tidak ganteng tapi pacarku sedang menyesaikan S3 nya di amrik, makanya nungguin dia selesai dulu.

Tinggiku 180 cm karena hobiku juga main basket, kulit putih , dan wajah yang bikin cewek pada ngiler.

Dengan punya pacar bukan berarti aku ngga “ngobyek” dengan yang lain.

Terus terang aku punya beberapa affair dengan dokter wanita di sini atau anak kedokteran yang masih kos.

Tentu yang aku pilih bukan sembarangan, harus lebih muda dan cantik.

Sebenernya sudah banyak yang mencoba menarik hatiku tapi sejauh ini aku belum mau serius dan kalau bisa aku manfaatin selama jauh dengan pacarku.

Sudah banyak yang aku perdaya tapi…ada satu orang yang membuatku sangat penasaran.

Namanya Novi, usianya sekitar 22 tahun, dia anak kos dari perguruan tinggi negeri dari kota yang sama.

Kebetulan aku jadi residennya. Wajahnya cantik, dia juga berjilbab lebar berbeda dengan anak lainnya, walaupun affairan aku pun sebenernya ada juga yang berjilbab, tapi tidak seperti dia.

Tinggi semampai sekitar 165 cm, dengan tubuh yang padat tidak kurus dan tidak gemuk, sesuai seleraku.

Jilbabnya pun tidak mampu menutupi lekukan dadanya, aku taksir kalau tidak 36B mungkin 36C.

Tutur katanya yang lembut dan halus benar-benar membuatku klepek-klepek.

Apalagi dia sangat menjaga pergaulan.

Sesekali aku coba berusaha bicara dengannya tapi dia selalu menundukkan wajahnya setiap bicara denganku.

Dia pun tidak menyambut tangaku ketika aku ajak untuk bersalaman.

Kulit putihnya sangat halus ketika aku coba perhatikan di pipi dan ujung tangannya, tahi lalat di atas bibir semakin menambah kesan manis darinya.

Nov…kita makan bareng yuk, aku yang traktir. ujarku berusaha membujuk untuk bisa pergi bareng.

Terima kasih Dok…saya dengan teman-teman saja.

Ujarnya halus.

Jangan panggil Dok…panggil saja kak.

“baik Dok…eh…kak”.

“tapi terima kasih tawarannya

aku bareng teman saja…”, “kalau begitu sekalian ajak saja teman kamu” setengah berharap dia mau menerima.

“terima kasih Dok..eh kak, nanti merepotkan, teman-temanku makannya banyak lho” sahut dia sambil tetap menundukkan kepalanya.

Kadang gurauan ringan itu yang tidak pernah aku dapatkan dari pacarku atau teman affair-ku.

aku tersenyum kecil mendengar alasannya yang sangat lucu…humoris juga dia, “baiklah…mungkin lain kali” kataku

“oh ya, jika ada apa-apa masalah administrasi di sini atau masalah kerjaan jangan sungkan bicara aja ya,

nanti aku bantu” aku masih berusaha mencari celah.

“Terima kasi pak ehh..kak…saya pamit” sambil berlalu

AKu perhatikan dari belakang, roknya yang juga lebar tidak bisa menutupi lekukan pantatnya yang bergoyang mengikuti langkah kakinya..perfect…aku menggeleng.

Dia berbeda sekali dengan nita…anak kos 2 tahun lalu yang pernah aku perawani juga.

Sama-sama berjilbab walau tak selebar dia.

Nita pun awalnya agak jual mahal…walau aku tau dari cara memandangnya dia suka aku.

Dengan beberapa rayuan akhirnya aku bisa memerawani dia di sebuah hotel.

Tidak dengan paksaan dan sangat mudah.

Affair kita berlalu dengan selesainya masa koas dia, juga karena dia tahu aku punya affair juga dengan temannya.

Dia berbeda sekali, sulit sekali menaklukannya.

Setiap aku melihat dia selalu aku lihat setiap geriknya, senyumnya, tawanya, selalu terbayang.

Saat aku sedang melamun tiba-tiba dari arah belakangku ada yang memeluk dan terus menarikku.

“Ngelamun nih…” dengan suara yang diparaukan

“Mhh…Rasya…kamu nih ganggu saja” sambil melepaskan pelukan dia.

“kamu sekarang jarang ke ruangku lagi” rengeknya

Rasya ini sesama dokter di sini, umurnya sekitar 27 tahun dan sudah bersuami.

Sayangnya suaminya bekerja di lepas pantai sehingga jarang bertemu dan memberikan nafkah batin padanya.

Memang aku sering ke ruangnya dulu…sekedar bercumbu dengan bumbu oral yang bisa membuat dia melayang.

Tapi kami tidak pernah sampai melakukan jauh karena dia pun tidak mau, ya akupun tidak memaksa.

Tidak semua affairku selalu aku tiduri…yang penting ada penawaran rindu dan bisa memuaskanku walau tidak sampai melakukan senggama.

“Aku sibuk Rasy…banyak yang melahirkan juga jadi residen” ujarku sambil memegang pinggangnya

“tidak ada waktu untuk aku?…sebentar saja…” lalu dia memagut bibirku dan selanjutnya kamupun bercumbu

Satu persatu aku buka kancing blousenya aku temukan dua gunung kembar yang jarang dijamah pemiliknya. Aku cumbu dan ciumi dengan lembut.

Tapi…sepintas aku ingat Novi lagi dan akupun menghentikan aktifitasku.

“Kok berhenti…” Rasya pasti sedang mulai terangsang.

“Maaf Rasy…aku ga konsen banyak pekerjaan…”.

“Ya sudah…” ujarnay tersungut sambil mengancing kembali blousnya terus berlalu.

Sore itu aku sedang membantu persalinan, sengaja aku panggil Novi untuk mendampingiku.

Wajahnya senang sekali karena jarang mendapat kesempatan untuk mendampingi dokter saat persalinan seperti ini.

Tidak mungkin kan semua masuk, ya aku beralasan yang lain tunggu giliran.

Dia berusaha menjadi asistenku dengan baik, saat memberikan gunting aku sengaja pura-pura tidak tahu menyentuh tangannya…tapi langsung dia tarik.

Gagal lagi upayaku…tapi aku sudha senang dengan melihat wajahnya dari dekat selama persalinan itu. Sekeluar dari ruang bersalin

“Terima kasih ya kak…jarang ada kesempatan begitu…”.

“Kamu mau aku bikin begitu…” sambilku melirik seorang ibu hamil yang kebetulan lewat.

“yee…ga lah, makanya cepet cari istri sana…” sambil tersenyum dan berlalu. Aku kaget…kok dia tau ya…

Sore itu langin mendung dan gelap sekali.

Hujan mulai turun rintik-rintik, aku memacu FORTUNER ku ke luar ruang parkir.

Aku melihat Novi berlari keluar sambil menutupi kepalanya dengan tas agar tidak terkena hujan.

“kesempatan”…tin..tin..aku klakson dia.

“Mau pulang? bareng aja yuk…kayaknya mau hujan besar nih” selalu saja aku cari kesempatan.

“Terima kasih kak…aku naik angkot saja…sudah biasa kok” katanya. hujanpun makin deras

“bener lho…ga apa-apa kok aku antar kamu sampe kos”

“Terima kasih kak, ga enak kalau dilihat orang bisa jadi fitnah”

mhh…gilaa…ini semakin membuatku jatuh cinta sama dia, aku janji dalam hati,

kalau saja aku bisa dapatkan dia aku akan putuskan semua affairku, aku benar-benar jatuh cinta pada dia.

Tidak berapa lama hujan semakin deras, bahkan aku sulit melihat jalan saking derasnya hujan.

Sampai aku tertidur jam 10 malam ini hujan masih juga belum berhenti.

Keesokan harinya, aku harus membantu persalinan lagi dan aku mencari Novi.

“Novi tidak masuk hari ini dok” sahut Rinda teman sekampusnya sambil membedong bayi di ruang bayi

“Dia sakit? aku mau minta tolong bantu persalinan lagi” kataku

“Tidak tau dok…saya tidak dapat kabarnya” sahutnya sambil melihatku dengan sopan.

AKu lihat Rinda manis juga, berjilbab lebar sama dengan Novi, walau tidak secantik Novi,

Rinda bisa juga dikatakan high quality.

Tingginya paling hanya 155 atau 160 cm, tapi tubuhnya proporsional.

Dadanya tidak sampai terlihat betul lekukannya seperti Novi, kulitnya kuning bersih, kacamata yang dia kenakan semakin membuatntya lebih terlihat anggun.

Aku pandangi seluruh tubuhnya, berbeda juga dengan Novi, dia tidak sungkan untuk berbicara langsung dan melihatku, walaupun dia juga sama-sama menjaga pergaulan.

“Ya sudah kamu saja ya…bantu saya persalinan…”

dia tersenyum senang “Terima kasih dok…”

Keesokan harinya aku masih belum menemukan Novi.

akhirnya aku di bantu Rinda lagi “Kamu tau nomor telepon atau kos Novi Rin..”

“Tidak dok…kita beda kos…kenapa gitu?”

“mhh..atau dokter…hihihi…suka sama dia ya” sahutnya sambil tersenyum

“tidak…cuma dia itu cekatan dan pintar…makanya saya suka sekali kalau diasisteni dia…lagian juga dia ngga akan mau sama aku ini”

“Iya dok…banyak yang sudah mau khitbah dia..tapi dia tidak mau…dia mau selesaikan dulu kuliahnya…dia itu baik dan cantik lagi” sambil mengikuti langkahku di ruang persalinan

“Kamu juga cantik…” aku mulai mengeluarkan racunku, kalau ga dapet yang poin 9 ya minimal 7 atau 8 juga tidak apa-apa.

Yang penting aku pengen sekali bisa memerawani wanita berjilbab lebar ini.

Karena setauku mereka selalu menjaga diri dan pergaulannya. Tantangan tersendiri untuk aku.

Rinda tidak menjawab, hanya tersenyum sambil menunduk.

Hari keempat baru kulihat Novi datang, namun tak seperti biasanya.

Biasanya Novi selalu ceria, kali ini tidak. Wajahnya murung dan tatapannya kosong.

Kulihat teman-temannya berusaha bertanya dan berkumpul di sekitarnya.

Entah apa yang mereka bicarakan terkadang Novi tersenyum walau getir.

Saat istirahat ku coba dekati. “Kamu sakit Nov?”

“Nggak kak” lemah sekali bicaranya

“Kenapa kamu murung, ada masalah?”

“ah nggak kok” Novi mencoba tersenyum walau aku lihat tidak bisa menutupi kemurungannya.

“Ngga ada masalah cuma agak kurang sehat aja, maaf saya mau makan dulu kak” sambil berlalu meninggalkanku.

“Ya sudah kalau kamu ngga apa-apa, kalau kamu butuh bantuan jangan ragu minta tolong ke aku ya”

“iya kak, terima kasih”

Esokan hari-nya hari jum’at, aku berencana pulang agak cepat.

Maksudku, aku mau tidur dulu sebelum agak malam nanti aku bangun dan pergi clubbing di club terkenal di kota ini.

Ketika aku sedang membereskan buku dan berkas yang aku masukkan ke tas, tiba-tiba pintu kantorku di ketuk, “Silahkan masuk”.

“Maaf, apa saya mengganggu kakak…” aku lihat sesosok wanita dengan kemeja pink berbalut blazer putik khas dokter, ****** pink dan rok putih.

Cantik sekali dia terlihat.

Wajahnya sambil agak menunduk walau dia coba beranikan diri melihat wajahku.

“Ada apa Nov, tidak menggnggu kok, saya sedang membereskan berkas” ujarku santai.

“Ada yang bisa saya bantu?”


“Kakak besok ada acara?”

Aku tersentak, tumben sekali dia bicara ini.

“Tidak…tidak…ada apa? besok aku bebas kok”

Aku melupakan janjiku untuk bertemu Dian, pasienku yang pernah aku tolong persalinannya.

Dia hamil oleh pacarnya, tapi kemudian pacarnya pergi tidak bertanggung jawab.

Karena aku yang menolongnya hubungan kamipun dekat, dan tidak perlu dijelaskan detail apa yang kami lakukan, karena bukan inti dari cerita ini, yang pasti kami lakukan dengan aman.

“Saya mau minta tolong, besok aku mau pindah kos, apa kakak bisa bantu bawakan barang”

“Oh…tentu, jam berapa?”

“Aku tunggu di kos ku ya kak, jam 9, sini alamatnya saya tuliskan dulu”

Novipun menuliskan alamat pada secarik kertas di atas mejaku, aku terus memandanginya tanpa berkedip. perfect girl.

“Terima kasih kak, maaf sekali saya sudah merepotkan” sambi memberikan kertas kepadaku, sedikit nakal aku pura-pura tidak sengaja menyentuh tangannya.

lembut sekali dan…tak seperti biasanya dia menarik tangannya, kali ini dia membiarkan tanganku menyentuh tangannya.

Novi pun berlalu sambil meninggalkan gerak pinggul yang sangat menarik, “aku harus memilikinya”.

Aku segara batalkan semua agenda dan janjiku, aku segera tidur dan tidak sabar menunggu datangnya esok.

Saat pertama kali berdua dengan dia.

Esokan harinya aku datang tepat waktu di alamat yang sudah diberikannya.

Sebuah rumah kos yang cukup besar walau agak tua, bangunan inti pemilik rumah ada di depan, sedangkan bagian depannya gedung baru berlantai 2 dengan pola bangunan khas tempat kos.

Aku lihat beberapa orang berkumpul dihalaman depan juga Novi dengan mengenakan ****** putih, kemeja biru dan rok panjang biru donker.

“Kenapa pindah nduk…padahal ibu seneng kamu di sini, kamu suka bantuin ibu”

kata seorang wanita berumur lebih dari separuh baya.

“iya bu…aku mau cari suasana lain aja, supaya aku bisa tenang bikin laporan”

“Kalau kak Novi ngga ada, kalau diantara kita ada yang sakit siapa yang bantuin”

seorang wanita muda yang aku tebak masih maha siswa juga menimpali.

Novi tersenyum sambil mengacak-acak rambut teman kosnya itu “kamu boleh kok main ke sana”.

“Bu, kenalkan ini dokter Rendi, yang bantuin saya pindahan” sambil mengenalkan aku,

tanpa sedikitpun mengenalkan aku pada seorang pria tua yang ada di sebelah ibu kosnya itu.

Sama sekali wajahnya tidak bersahabat.

“Oala aku kira bojo mu nduk…gantenge…” ku tersenyum dalam hati mendengarkan ucapan ibu kosnya itu

“ah ibu bisa aja…” Novi tersipu.

Aku berharap itu menjadi nyata, dan tidak hanya menjadi pacarnya tapi aku bisa mengambil semuanya dari dia.

Semua temannya berusaha membantu memasukkan kardus ke dalam fortunerku, tidak lama hanya 1 jam semua barang sudah dimasukkan.

Kami pun segera pamit, pertama kali dia duduk bersebelahan denganku.

Aku menancap gas setelah sebelumnya melambaikan tangan dulu pada ibu kos itu dan teman-temannya, wajah pria tua yang aku kira adalah suami dari ibu kos itu masih tetap tidak bersahabat.

Mataku coba melirik nakal padanya, tatapannya kosong melihat pemandangan di sekitar jendela.

Lekukan dadanya begitu nampak dan close up di hadapanku, napasnya naik turun semakin membusungkan dadanya yang tertutup ****** putihnya.

Rok biru donkernya berbahan lembut, sehingga gampang jatuh, aku lihat bagian tengah rok antara kedua pahanya jatuh ke paha sehingga menampakkan bentuk pahanya yang jenjang dan penuh.

Novi masih menikmati pemandangan sisi jalan dan tidak sadar kalau aku memperhatikan tubuhnya.

Aku memacu mobil menuju alamat yang sudah dia beritahukan sebelumnya.

Di perumahan itu, rumah type 21 yang dia tempati.

Luas tanahnya masih sangat luas belum termaksimalkan.

Sisi kanan kiri rumah masih kosong dan membuat jarak dengan rumah disampingnya.

Aku pun segera membantu menurunkan barang dan membereskan barang di rumah tersebut, hanya berdua.

aku pandangi wajahnya, perhatikan tiap lekuk tubuhnya yang membuat penisku tagang.

Sore itu aku mandi di rumah kontrakannya, aku tidak pernah lupa membawa alat mandi di mobilku.

begitu juga Novi yang mandi sebelum aku, meninggalkan bau harus menyengat di kamar mandi.

“Kak, makan malam di sini saja ya, sudah aku masakkan” tawarnya

“Baik lah, pasti masakannya enak sekali” timpalku, padahal aku masih ingin berlama-lama dengan dia

Selepas makan malam kami pun bercengkrama.

Semua barang telah kami rapihkan bersama, hari itu aku habiskan waktu bersama.

“Akhirnya selesai juga ya Nov, capek juga ya

” sahutku mencoba mencairkan suasana, sambil duduk di sebelahnya yang sedang mengupaskan mangga untukku.

Novi tersenyum manis sekali,

“Iya kak, kakak capek ya, mau aku suapin mangganya?”

aku kaget dengan tawarannya aku berusaha tenang “boleh”

Dia pun memberikan mangga yang ada ditangannya, dengan nakal aku coba melahap mangga sampai ke jarinya, sehingga bibirku menyentuh jarinya.

Dia tarik jarinya dari mulutku pelan sekali, sembil tersenyum.

“oh god…sweet” ujarku dalam hati.

“Mangganya manis…apalagi sambil lihat kamu” aku memancing.

Novi hanya tersenyum, “mau lagi?” tawarnya, akupun mengangguk.

Suapan kedua ini jarinya lebih lama berada di dalam mulutku.

Sengaja tidak aku lepaskan dan si empunya jari lentik itu tidak keberatan, dia hanya diam menunggu.

Tangan kiriku menyentuh tangan kanannya itu lembut, dia tidak menolak.

aku tempatkan telapak tangannya yang lembut di pipiku, sambil menatap wajahnya.

Wajahnya bersemu merah. Mata kami saling menatap, wajah kami semakin mendekat…dekat dan dekat…sehingga aku rasakan nafasnya menentuh wajahku.

Tangan kananku meraih dagunya yang lembut seolah tidak ada tulang di dagunya itu.

sedikit aku tarik dagunya sehingga bibirnya terbuka, sengal nafasnya bisa aku rasakan.

Ini mungkin rasanya seorang wanita yang pertama kali melakukan kissing, wanita yang selama ini berusaha menjaga kehormatannya dan tidak pernah disentuh siapapun sebelumnya.

Matanya terkatup, cantik sekali dia malam ini.

Akupun mendekatkan bibirku dengan bibirnya, aku pagut lembut…dia tidak membalas juga tidak menolak.

Kembali aku pagut bibirnya, lembut dan manis kurasakan. ku pagut bibir ats dan bawahnya bergantian.\

Kali ini dia mulai merespon, dia membalas pagutantu dengan memagut bibirku juga, basah dan indah.

Pagutan kami semakin liar, aku pindahkan kedua tanganku disamping wajahnya dengan posisi jari jempol menempel ke pipinya yang lembut.

Apa yang dimaksud dengan Kasir4D ?
Untuk jelasnya silahkan kunjungo :
Kasir4D , Agen Togel , Bandar Togel , Casino Online Terpercaya

Keempat jariku berada di bawah telinganya yang masih tertutup ******. aku semakin menarik wajahnya mendekatiku, kecupanku semakin liar yang aku yakin membangkitkan gairahnya.

“mhh…ummm….aummmmm…” bergantian kami mengecupi bibir kami.

Kini tangan kiriku melingkari leher hingga kepundak belakangnya, sedangkan tangan kananku menyusup melalui bawah ****** putihnya yang lebar kemudian mencari gundukan lembut tepat di dadanya.

Tangan kananku menyentuh sebongkah gundukan lembut yang masih tertutup bra.

“Mhh…payudara yang snagat indah” tangan kananku pun mulai meremas lembut payudara itu.

“ehhhmmm…mhhmhh…mmhhhhh” Novi kaget dan mendesah sambil tetap berpagutan dengan bibirku.

Sekiatr 2 menit meremas remas dada kirinya, tangan kananku mencoba mencari kancing kemejanya.

Dan ku buka satu demi satu hingga meninggalkan beberapa kancing bagian bawah yang tetap terpasang.

Tangan kananku lebih aktif lgi masuk ke dalam kemejanya, benar saj, gundukan itu sangat lembut, ketika kulit tanganku bersentuhan dengan kulit payudaranya yang halus sekali.

tanganku menyusup diantar bra dan payudaranya, meremas lembut dan sesekali memilin putingnya yang kecil dan nampak sudah mengeras.

“mhhh…ummmmm,….aahhh,…mmhh…..m mmm….mmmmphh….” mulutny atreus meracau mencoba menikmati setiap remasanku,

matanya masih saja terpejam seolah dia tidak mau melihat kejadian ini atau dia sedang berusaha benar-benar meresapi rangsangan yang aku buat.

Aku tarik pundaknya sehingga tubuhnya terbaring ke samping kiriku, dan aku pun menarik bibirku dari bibirnya dengan sedikit suara kecupan yang menggambarkan dua bibir yang sudah lengket dan sulit dilepaskan.

“mhuachh…aahhh” wajahnya memerah dan matanya masih terpejam, cantik sekali.

Kini tangan kananku mengangkat jilbabnya ke atas, memberikan ruang agar kepalaku bisa masuk kedalamnya.

Aku mencium bau harum dari keringatnya yang mulai mengalir.

Dalam keremangan aku milihat leher jenjangnya yang putih dan halus, tanpa membiarkan waktu berlalu aku segera mengecupnya lembut dan kecupanku semakin ganas di lehernya

“aahhh….eengg…ehhhh…aahhh….aaa hhh….” mulutnya tak berhenti meracau.

Tangan kananya meraih belakang kepalaku dan menekankan kepalaku agar semakin menempel di lehernya, sedangkan tangan kirinya mendekap punggungku

 Untungnya jarak rumah ini dengan rumah sebelah lumayan jauh, sehingga desahan kami tidak terdengar oleh rumah sebelah.

 Aku tidak lupa meninggalkan cupang di lehernya, lalu ciumanku pun turun ke dadanya.

Tangan kananku mencari sesuatu di balik punggungnya, ya kait bra.

 Setelah aku dapatkan langsung aku lepaskan.

 erlepaslah bra yang selama ini menutupi keduap payudara indah itu agar tidak meloncat keluar.

lalu tangan kananku menarik bra agak ke atas ke leher Novi, sehingga terpampang dua gunung kembar yang sangat mengagumkan.

Benar saja 36C. Aku mulai mencium payudara kanan novi, aku lakukan masih di dalam jilbabnya, dan akupun tidak melepas semua kancing kemejanya, sehingga tidak semua bagian tubuhnya terlihat.

Namun, itu membuat sensasi percintaan semakin terasa, tangan kananku sibuk meremas payudar akananya yang saat ini sudha tidak berpenutup lagi.

“aaahhhh…kaaakk….ahhh…..mhhh…k ak…..aduuhh…..mhh….. ”

Novi tidak kuat menahan rangsangan ini, kepalanya menggeleng ke samping kanan dan kiri, tangan kanannya semakin kuat membekap wajahku ke arah dadanya.

Kini tangan kananku melepas remasan di dadanya, mulai turun ke bawah, menyentuh kakinya yang masih ber kaos kaki.

tangan kananku menarik roknya menyusuri betis yang tertutup kaos kaki panjang hampir selutut, setelah itu tanganku menemukan kulit halus yang putih.

Tangan kananku menyusuri paha kirinya dan membuat roknya terangkat sebatas perut.

tangan kananku membelai-belai paha kirinya dan ciumanku sekarang sudah mendarat di payudara kirinya.

“ahhh…kaaaakkk….kakaaa….kk…ahh …”, nafas Novi semakin tersengal-sengal, aku tidak lupa meninggalkan cupang juga di payudara kirinya yang sangat lembut. Penisku semakin tegang.

Lalu aku tarik wajahku dari dadanya, aku duduk di samping tubuhnya yang terbaring.

Bulir keringat mulai membasahi wajahnya yang putih, nafasnya tersengal, matanya masih terpejam, bibirnya terbuka sedikit.

Rok bagian kiri sudah terangkat sampai ke perut, menyisakan pemandangan paha putih jenjang nan indah, namun betisnya tertutup kaos kaki yang cukup panjang.

Tangan kananku masuk ke bawah kedua lututnya, tangan kiriku masuk ke dalam lehernya, aku pun memagutnya lagi dan dia faham apa yang aku maksud.

Dia kalungkan kedua tangannya ke belakang kepalaku.

“Jangan di sini ya sayang…kita masuk saja ke dalam…” ujarku sambil mengangkatnya, birbir kami tak henti berpagutan.

Lalu aku rebahkan tubuhnya ke kasur busa tanpa papan khas milik anak kos.

nafasnya terus tersengal, kedua tangannya meremas kain sprei kasurnya itu. Kini aku berada di kedua kakinya, aku coba tarik roknya sampai sebatas perut dan aku kangkangkan kakinya.

Ciumanku mendarat di bagian bawah perut,

“eenngg…ahhh…” aku tau dia merasa geli dan terangsang hebat, sambil kedua tanganku mencoba menurunkan celana dalamnya.

Gerak tubuhnya pun tidak menggambarkan penolakan,

bahkan dia agak mengangkat pantatnya ketika tangan ku mencoba melepas celana dalamnya sehingga mudah melewati bagian pantan dan tidak berapa lama terlepas sudah celana penutup itu.

Vagina muda berwarna pink yang sangat indah, ditumbuhi bulu halus yang rapih tercukup. Baunya pun sangat wangi.

Tapi aku tidak ingin buru-buru, aku ingin Novi membiasakan suasananya dulu.

ciumanku jatuh ke pahanya, ke bagian sensitif paha belakang sambil mengangkat kakinya ke atas.

lalu pada sat yang tepat aku mulai turunkan ciumanku di antara selangkangannya.

“kaakk…ahh…”, aku mencoba menjilati bagian luar vaginanya dari bawah ke atas, vagina itu mulai lembab dan basah.

Lalu aku renggangkan lebih luas lagi kakinya, dan aku sibak labia mayoda dan labia minora vaginanya, aku temukan lubang ke wanitaan yang masih sempit namun berwarna merah seakan bekas luka atau lecet.

Aku tidak mempedulukan, karena aku melihat cairan bening meleleh dari dalam lubang kewanitaan Novi, lalu aku jilati dan lidahku pun nakal mencoba masuk ke dalam lubang kewnitaan itu,

terus mencari dan mencari…lalu kecupanku pindah ke atas menemukan benjolan kecil tepat di bawah garis vagina atas, aku gigit-gigit kecil, aku cium aku sedot,

tidak ketinggalan tangan kananku mencoba sedikit demi sedikit masuk ke vaginanya.

“aahhhhh…uuhhh….mhh….phhh…ahhh …akakak…aahh..kakak… aduuhh…aaahhh…ahhh…” kepalanya bergeleng tidak teratur ke kanan dan kekiri,

kedua tangannya semakin kuat menggenggam sprei yang dikenakan pada kasur busa tersebut.

ciumanku semakin kuat dan ganas, cairan kewanitaan semakin deras keluar dari lubang kewanitaan Novi.

secara bergantian lidahku merangsang lubang vagina dan clitoris, dan tangan kananku pun tidak tinggal dia.

Jika lidahku sedang merangsang klitoris maka jari tangan kananku berusaha meransang lubang vagina, juga ketika lidahku bermain-main dan mencoba masuk lebih dalam ke lubang vagina,

jempol tanganku merangang dengan menggesek dan menekan-nekan clitoris Novi. “

aaahhh….aaaaa…uuuu…enhhhh…eee mmm…ahh…aaaa….” Tangan kananya sekarang meremas-remas rambutku dan menekan kepalaku agar lebih dalam lagi mengeksplorasi vaginanya.

sekitar 15 menit aku mengekplor vaginanya, dia menjambak rambutku dan kemudian mendorongku.

Sekarang posisi kami sama-sama duduk, nafasnya tersengal-sengal tapi sekarang dia berana membuka matanya menatapku, keringat mengucur dari tubh kami.

Tiba-tiba bibirnya langsung menyerbu bibirku, ciuman kali ini amat liar terkadang gigi kami beradu.

lidah kami saliang bertukar ludah, lidahku coba masuk ke rongga mulutnya, menjilati dinding-dinding mulutnya.

Aku sangat kaget ketika tangannya menarik kaosku ke atas, melewati mulut kami yang tengah beradu, kemudian ciumannya turun ke leherku dan ke dadaku.

Tanganya tidak berhenti sampai di situ, dia mulai membuka ikat pinggang celanaku, saat bibirnya masih menciumi dadaku, tangannya menurunkan celanaku dan kemudian celana dalamku.

Penisku yang diameternya 6 cm dan panjangnya hampir 20 cm mengacung tegak, kini tangan kananya menggengam penisku,

aku pun berdiri dan kini wajah ayunya berada di depan penisku hanya beberapa senti saja.

ku lihat dia menelan ludah, apa mungkin dia kaget dengan ukuran ini atau mungkin dia masih ragu melakukan ini.

Aku pegang kepalanya yang masih menggunakan ****** putih yang mulai kusut.

kudekatkan penisku dengan bibirnya, bibirnya masih terkatup ketika ujung penisku menempel pada bibirnya, mungkin dia masih bingung apa yang dilakukannya.

“Kulum sayang…ciumi sayang…ayo…” lalu dia buka bibirnya

sedikit dan mencium ujung penisku, kaku, tapi menimbulkan sensasi yang dahsyat, selain karena bibirnya yang lembut, hangat dan basah menyentuh ujung penisku,

melihat seorang wanita yang masih berpakaian lengkap dengan jilbabnya itu hal yang belum pernah aku rasakan sebelumnya.

“cuup..mppuhmm..uhhmm…” bibirnya berkali-kali mengulum ujung penisku, sedikit-demi sedikit kulumannya semakin masuk.

Aku lihat dia masih kaku dan belum lihat melakukan itu, tapi bagiku sensasi luar biasa.

“mhhh…aauuuummm…uummhh”

akhirnya mulutnya berani memasukkan penisku, walau tidak sampai masuk semua, karena penisku terlalu panjang dan itu akan menyakitkannya.

“shh…ahh…terus Vi…keluar masukin…” Novipun mengikuti perintahku dia memaju mundurkan kepalanya.

“aahh…sayang…terus”…”mhh..uhmm hh..cuuupp..muuh” Novi terus melakukan aktifitasnya.

hanya 5 menit lalu dia berhenti,

“Kak…Novi ngga tahan…” diapun menarik tubuhku dan aku kini sama-sama duduk berhadapan.

Aku tahun, dia dalam kondisi puncak, dia tidak dapat lagi menahan libidonya, akupun merebahkannya dan menindihnya.

Aku regangkan kedua kakinya. Novi tampak pasrah dia memandangiku dan memperhatikan penisku yang tepat dihadapan vaginanya.

Aku lupa sesuatu, segera ku raih celanaku yang tercecer di samping dan mengambil sesuatu di dompet.

Ya, aku selalu sedia kondom di dompet setelah ku buka dan akan kupasangkan, Novi menampik tanganku

“ngga usah pake itu kak…aku ingin jadi milik kakak seutuhnya” aku tersentak dengan ucapannya

“Kamu yakin Nov?” Novi mengangguk.

Kini kuarahkan ujung penisku mendekati lubang kewanitaannya

“Tahan ya Vi…agak sakit…”

Tangan kananku menggenggam batang penis dan digesek-gesekkan pada clitoris dan bibir kemaluan Novi, hingga Novi merintih-rintih kenikmatan dan badannya tersentak-sentak.

Aku terus berusaha menekan senjataku ke dalam kemaluan Novi yang memang sudah sangat basah itu.

Pelahan-lahan kepala penisku menerobos masuk membelah bibir kemaluan Novi.

“Tahan kaak…sakii..t” dia merintih sambi menggigit bibir bawahnya.

Aku pun menghentikan kegiatanku sementara, sambil menunggu aku maju mundurkan kepalpenisku ke bibir kemaluannya supaya bibir kemaluannya mulai menyesuaikan.

Matanya masih terpejam dan terus menggigit bibir bawahnya, nafasnya tersengal. Sedikit demi sedikit aku masukkan kembali, pelan tapi pasti.

Setiap penisku masuk novi melengguh menahan sakit.

Vaginanya masih sempit tapi tanpa halangan penisku mulai masuk ke dalam.

Dengan kasar Aku tiba-tiba menekan pantatku kuat-kuat ke depan sehingga pinggulku menempel ketat pada pinggul Novi.

Dengan tak kuasa menahan diri dan berteriak, mungkin sakit.

Dari mulut Novi terdengar jeritan halus tertahan,   Togel Online

“Aduuuh!.., ooooooohh.., aahh…sakii…t..kaak..”, disertai badannya yang tertekuk ke atas dan kedua tangan Novi mencengkeram dengan kuat pinggangku.

Beberapa saat kemudian aku mulai menggoyangkan pinggulku, mula-mula perlahan,

kemudian makin lama semakin cepat dan bergerak dengan kecepatan tinggi diantara kedua paha halus gadis ayu tersebut.

Novi berusaha memegang lenganku, sementara tubuhnya bergetar dan terlonjak dengan hebat akibat dorongan dan tarikan penisku pada kemaluannya,

giginya bergemeletuk dan kepalanya menggeleng-geleng ke kiri kanan di atas meja.

Novi mencoba memaksa kelopak matanya yang terasa berat untuk membukanya sebentar dan melihat wajahku, dengan takjub. Novi berusaha bernafas dan …:”

“kaa..kk…, aahh…, ooohh…, ssshh”, sementara aku tersebut terus menyetubuhinya dengan ganas.

Novi sungguh tak kuasa untuk tidak merintih setiap kali Aku menggerakkan tubuhku, gesekan demi gesekan di dinding liang vaginanya.

Setiap kali aku menarik penisnya keluar, dan menekan masuk penisku ke dalam vagina Novi,

maka klitoris Novi terjepit pada batang penisku dan terdorong masuk kemudian tergesek-gesek dengan batang penisku yang berurat itu.

Hal ini menimbulkan suatu perasaan geli yang dahsyat, yang mengakibatkan seluruh badan Novi menggeliat dan terlonjak,

sampai badannya tertekuk ke atas menahan sensasi kenikmatan yang tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata.

Sementara tanganku yang lain tidak dibiarkan menganggur, Tanganku merengkuh punggungnya yang melengkung menahan nikmat,

kemudian aku sibak jilbabnya dan terlihat dua payudara indahnya yang masih sembunyi dibalik kemeja yang sudha terbuka kancing bagian atasnya,

branya pun sudha tersingkap ke atas menambah sensualitas pemandangan saat itu.

Aku tarik punggungnya sehingga maskin melengkung ke atas, aku pun terus bermain-main pada bagian dada Novi dan Mencium dan kadang menggigit kedua payudara Novi secara bergantian.

Ia berusaha menggerakkan pinggulnya, akan tetapi paha, bokong dan kakinya mati rasa.

Tapi ia mencoba berusaha membuatku segera mencapai klimaks dengan memutar bokongnya, menjepitkan pahanya, akan tetapi aku terus menyetubuhinya dan tidak juga mencapai klimaks.

Ia memiringkan kepalanya, dan terdengar erangan panjang keluar dari mulutnya yang mungil,

“Ooooh…, ooooooh…, aahhmm…, ssstthh!”. Gadis ayu itu Semakin erat mendekap kepalaku agar semakin rekat dengan payudaranya,

aku tahu pelukan itu adalah penyaluran dari rasa nikmat dan klimaks yang mungkin sebentar lagi dia rasakan.

Kedua pahanya mengejang serta menjepit dengan kencang, menekuk ibu jari kakinya, membiarkan bokongnya naik-turun berkali-kali,

keseluruhan badannya berkelonjotan, menjerit serak dan…, akhirnya larut dalam orgasme total yang dengan dahsyat melandanya,

diikuti dengan suatu kekosongan melanda dirinya dan keseluruhan tubuhnya merasakan lemas seakan-akan seluruh tulangnya copot berantakan.

Novi terkulai lemas tak berdaya di atas kasur dengan kedua tangannya terentang dan pahanya terkangkang lebar-lebar dimana penisku tetap terjepit di dalam liang vaginanya.

Itu lah pertama kali dia merasakan indahnya orgasme.

Selama proses orgasme yang dialami Novi ini berlangsung, memberikan suatu kenikmatan yang hebat yang dirasakan olehku,

dimana penisku yang masih terbenam dan terjepit di dalam liang vagina Novi dan merasakan suatu sensasi luar biasa,

batang penisku serasa terbungkus dengan keras oleh sesuatu yang lembut licin yang terasa mengurut-urut seluruha penisku,

terlebih-lebih pada bagian kepala penisku setiap terjadi kontraksi pada dinding vagina Novi, yang diakhiri dengan siraman cairan panas.

Perasaanku seakan-akan menggila melihat Novi yang begitu cantik dan ayu itu tergelatak pasrah tak berdaya di hadapannya dengan kedua paha yang halus mulus terkangkang dan bibir kemaluan yang kuning langsat mungil itu menjepit dengan ketat batang penisnku.

Tidak sampai di situ, beberapa menit kemudian Aku membalik tubuh Novi yang telah lemas itu hingga sekarang Novi setengah berdiri tertelungkup di dipan dengan kaki terjurai ke lantai,

sehingga posisi pantatnya menungging ke arahku.

Aku ingin melakukan doggy style, tanganku kini lebih leluasa meremas-remas kedua buah payudara Novi yang kini menggantung ke bawah,

tanganku menyusup lewat kemeja bagian bawah.

Dengan kedua kaki setengah tertekuk, secara perlahan-lahan aku menggosok-gosok kepala penisku yang telah licin oleh cairan pelumas yang keluar dari dalam vagina Novi dan menempatkan kepala penisku pada bibir kemaluan Novi dari belakang.

Dengan sedikit dorongan, kepala penisku tersebut membelah dan terjepit dengan kuat oleh bibir-bibir kemaluan Novi,

novi melengguh agak kencang..”aahhgg….” ketika penisku mulai menyeruak ke dalam vaginanya lagi.

Kedua tanganku memegang pinggul Novi dan mengangkatnya sedikit ke atas sehingga posisi bagian bawah badan Novi tidak terletak pada dipan lagi, hanya kedua tangannya yang masih bertumpu pada kasur.

Kedua kaki Novi dikaitkan pada pahaku. Kutarik pinggul Novi ke arahku,

berbarengan dengan mendorong pantatnya ke depan, sehingga disertai keluhan panjang yang keluar dari mulutnya.

“Oooooooh…aahh…shhh…ahh….!”, penisku tersebut terus menerobos masuk ke dalam liang vaginanya dan Aku terus menekan pantatnya sehingga perutnyaku menempel ketat pada pantat Novi yang setengah terangkat.

Aku memainkan pinggulnya maju mundur dengan cepat sambil mulutku mendesis-desis keenakan merasakan penisku terjepit dan tergesek-gesek di dalam lubang vagina Novi yang ketat itu.

“Ahh…ahhh…aahh…kak..a.duuu..hh …mhh…teruss…” mulutnya terus mengaduh, tanda nikmat tiada tara yang dia rasakan.

Tubuhnya maju mundur terdorong desakan penisku.

Karena bagian pantat lebih tinggi dari kepala sehingga kemejanya turn ke bawah memperlihatkan pungguh mulus dan putih yang sebelumnya tidak pernah dilihat siapapun.

Tangannya sambil terus meremas seprei dan merebahkan kepanaya di kasur.

“shhh…ahh..kakk…aahh..aduuhh…k ak….” semakin kencang teriakannya semakin menunjukkan kalau dia akan merasakan klimaks untuk kedua kalinya.

Akupun mempercepat doronganku.

“terus..kak…ahh…jangan berhenti…ahh…kak,…” Novi meracau semakin tidak karuan.

dan….diapun mendongakkan kepalanya ke atas disertai lengguhan panjang

“aaaaaaa……….hhhhhh….” dia klimaks untuk kedua kalinya.

AKu cabut penisku dari lubang vaginanya, aku lihat cairan bening semakin banyak meleleh dari vaginanya.

Tubuhnya melemas dan lunglai ketika aku lepaskan. Navasnya tersengal, pakaian dan jilbabnya kusut tak karuan.

Keringat membuat pakaian dia yang tidak dilepas sama-sekali menjadi basah.

Namun dia memang wanita yang pandai merawat tubuhnya, bahkan keringatnya pun harum sekali baunya.

Setelah aku biarkan dia istirahat beberapa menit sambil meresapi orgasme untuk kedua kalinya.

Kemudian aku merubah posisi permainan, dengan duduk di sisi tempat tidur dan Novi kutarik duduk menghadap sambil mengangkang pada pangkuanku.

Aku menempatkan penisku pada bibir kemaluan Novi yang tampak pasrah dengan perlakuanku, Lalu aku mendorong sehingga kepala penisku masuk terjepit dalam liang kewanitaan Novi,

sedangkan tangan kiriku memeluk pinggul Novi dan menariknya merapat pada badanku, sehingga secara perlahan-lahan tapi pasti penisku menerobos masuk ke dalam kemaluan Novi.

Tangan kananku memeluk punggung Novi dan menekannya rapat-rapat hingga kini badan Novi melekat pada badanku.

Kepala Novi tertengadah ke atas, pasrah dengan matanya setengah terkatup menahan kenikmatan yang melandanya sehingga dengan bebasnya mulutku bisa melumat bibir Novi yang agak basah terbuka itu.

Dengan sisa tenaganya Novi mulai memacu dan terus menggoyang pinggulnya, memutar-mutar ke kiri dan ke kanan serta melingkar,

sehingga penisku seakan mengaduk-aduk dalam vaginanya sampai terasa di perutnya.

Karena stamina yang sudah terkuras dengan dua klimaks yang didapatnya, goyangan Novis emakin melemah.

Aku pindahkan kedua tanganku ke arah pinggannya dan tanganku mulai membantu mengangkat dan mendorong pinggul Novi agar terus bergoyang.

Aku ihat penisku timbul tenggelam dibekap lubang vaginanya yang hangat.

Rintihan tak pernah berhenti keluar dari mulutnya.

“shh…ah…sshhh…ahhh..” Goyangannya teratur, setelah sekian lama dengan posisi itu, novi mulai bangkit lagi libidonya, dengan tenaga sisa dia mulai membantu tangaku dengan menggerakkan pinggulnya lebih cepat lagi.

Kedua tangannya kini merangkul kepalaku dan membenamkannya ke kedua gunung kembarnya yang besar dan halus.

Aku tahu dia akan mengalami klimaksnya yang ketiga.

Aku kulum dan lumat payudaranya, kepala novi menengadah merasakan nikmat yang tiada tara atas rangsangan pada dua titik tersensitifnya.

Tak berselang kemudian, Novi merasaka sesuatu yang sebentar lagi akan kembali melandanya.

Terus…, terus…, Novi tak peduli lagi dengan gerakannya yang agak brutal ataupun suaranya yang kadang-kadang memekik lirih menahan rasa yang luar biasa itu.

Dan ketika klimaks itu datang lagi, Novi tak peduli lagi,

“Aaduuuh…, eeeehm..ahh…kaa..kk…aahhh…”, Novi memekik lirih sambil menjambak rambutku memeluknya dengan kencang itu.

Dunia serasa berputar. Sekujur tubuhnya mengejang, terhentak-hentak di atas pangkuanku.

Kemudian kembali ku gendong dan meletakkan Novi di atas meja dengan pantat Novi terletak pada tepi dipan dan kasur, kedua kakinya terjulur ke lantai.

Aku mengambil posisi diantara kedua paha Novi yang kutarik mengangkang, dan dengan tangan kananku menuntun penisku ke dalam lubang vagina Novi yang telah siap di depannya.

Aku mendorong penisku masuk ke dalam dan menekan badannya.

Desah nafasnya mendengus-dengus seperti kuda liar, sementara goyangan pinggulnya pun semakin cepat dan kasar.

Peluhnya sudah penuh membasahi sekujur tubuhnya dan tubuh Novi yang terkapar lemas dan pasrah terhadap apa yang akan aku lakukan.

Badan gadis itu terlonjak-lonjak mengikuti tekanan dan tarikan penisku.

Novi benar-benar telah KO dan dibuat benar-benar tidak berdaya, hanya erangan-erangan halus yang keluar dari mulutnya disertai pandangan memelas sayu, kedua tangannya mencengkeram Sprei.

Dan aku sekarang merasa sesuatu dorongan yang keras seakan-akan mendesak dari dalam penisku yang menimbulkan perasaan geli pada ujung penisku.

Aku mengeram panjang dengan suara tertahan,

“Agh…, terus”, dan pinggulku menekan habis pada pinggul gadis yang telah tidak berdaya itu,

sehingga buah pelirku menempel ketat dan batang penisku terbenam seluruhnya di dalam liang vagina Novi.

Dengan suatu lenguhan panjang,

“Sssh…, ooooh!”, sambil membuat gerakan-gerakan memutar pantatnya, aku merasakan denyutan-denyutan kenikmatan yang diakibatkan oleh semprotan air maninya ke dalam vagina Novi.

Ada kurang lebih lima detik aku tertelungkup di atas badan gadis ayu tersebut, dengan seluruh tubuhku bergetar hebat dilanda kenikmatan orgasme yang dahsyat itu.

Dan pada saat yang bersamaan Novi yang telah terkapar lemas tak berdaya itu merasakan suatu semprotan hangat dari pancaran cairan kental hangat ku yang menyiram ke seluruh rongga vaginanya.

Aku melihatnya lemas dengan ****** dan pakaian yang sudah nggak keruan bentuknya lagi.

aku melihatnya menunduk sedih sambil menangis.

AKu faham, gadis seperti dia tidak mungkin mudah untuk melakukan hal ini, tapi kali ini aku benar-benar membuatnya tak berdaya dan mengikuti nafsu duniawi.

“Kak…” dia membuka perakapan ditengah hening kami menikmati pertempuran yang baru saja selesai.

“Ya sayang…” sambil ku peluk dia.

“Kakak mau tanggung jawab kan?”  Casino Online

“Kakak mau menikahi Novi kan?” parau suaranya terdengar

Aku tersentak aku tak menyangka kalau dia langsung mengatakan itu.

Tapi aku benar-benar tidak tega melihat kondisinya yang sudah menyerahkan semuanya kepadaku.

Aku pun ingin memilikinya dan mengakhiri semua kebiasan burukku.

Aku berjanji meninggalkan pacarku kalau dia mau menikah denganku, kenyataannya sekarang itu sudah di depan mata.

“i..iya..Nov…kakak akan tanggung jawab…kakak akan menikahi kamu” sahutku.

Dalam wajah sedihnya kuliah bibirnya menyunggingkan sedikit senyum.

Dan kamipun tertidur dengan saling memeluk seakan berharap agar pagi tak segera hadir

Wednesday, January 29, 2020

Pengalaman Seks Dengan Istri Temanku


Kasir4D Menikah dengan Joni, 30 thn, seorang pekerja sukses, Kami memang sepakat utk tidak punya anak terlebih dahulu dan kehidupan seks kami baik-baik saja, Joni dapat memenuhi kebutuhan seks ku yang boleh dibilang agak hyper..sehari bisa minta 2 sesi pagi sebelum Joni berangkat kerja dan malam sebelum tidur.

Dan cerita ini berawal dari kesuksesan Joni bekerja di kantornya dan mendapat kepercayaan dari sang atasan yang sangat baik.

Kepercayaan ini membuat dia sering harus bekerja overtime, pada awalnya aku bisa menerima semua itu tetapi

kelamaan kebutuhan ini harus dipenuhi juga dan itulah yang membuat kami sering bertengkar karena kadang Joni harus berangkat lebih pagi dan lewat tengah malam baru pulang.

Dan mulailah cerita ini ketika Joni mendapat tanggung jawab untuk menangani suatu proyek dan dia dibantu oleh rekan kerjanya Bram dari luar kota.

Pertama diperkenalkan Bram langsung seperti terkesima dan sering menatapku, hal itu membuatku risih.

Bram cukup tampan gagah dan kekar.

Karena tuntutan pekerjaan dan efisiensi, kantor Joni memutuskan agar Bram tinggal di rumah kami utk sementara.

Dan memang mereka berdua sering bekerja hingga larut malam di rumah kami.

Bram tidur di kamar persis di seberang kamar kami.

Sering di malam hari aku berpamitan tidur matanya yang nakal suka mencuri pandang diantara sela-sela baju tidur yang aku kenakan.

Aku memang senang tidur bertelanjang agar jika Joni datang bisa langsung bercinta.

Pernah suatu saat ketika pagi hari kami aku dan Joni bercinta di dapur waktu masih pagi sekali dengan posisiku duduk di meja dan Joni dari depan,

tiba-tiba Bram muncul dan melihat kami, dia menempelkan telunjuk dimulutnya agar aku tidak menghentikan kegiatan kami,

karena kami sedang dalam puncaknya dan Joni yang membelakangi Bram dan aku juga tidak tega menghentikan Joni, akhirnya ku biarkan Bram melihat kami bercinta tanpa Joni sadari hingga kami berdua orgasme.

Dan aku tahu Bram melihat tubuh telanjangku ketika Joni melepaskan penisnya dan terjongkok di bawah meja.

Setelah kejadian itu Bram lebih sering memperhatikan tiap lekuk tubuhku.

Sampai suatu waktu ketika pekerjaan Joni benar2 sibuk sehingga hampir seminggu tidak menyentuhku.

Di hari Jum’at kantor tempat Joni bekerja mengadakan pesta dinner bersama di rumah atasan Joni .

Rumahnya terdiri dari dua lantai yang sangat mewah di lantai 2 ada semacam galeri barang2 antik.

Kami datang bertiga dan malam itu aku mengenakan pakaian yang sangat seksi.

gaun malam warna merah yang terbuka di bagian belakang dan hanya dikaitkan di belakang leher oleh kaitan kecil sehingga tidak memungkinkan memakai BH,

bagian bawahpun terdapat sobekan panjang hingga sejengkal di atas lutut, malam itu saya merasa sangat seksi dan Bram pun sempat terpana melihatku keluar dari kamar.

Sebelum berangkat aku dan Joni sempat bercinta di kamar dan tanpa sepengetahuan kami ternyata Bram mengintip lewat pintu yang memang kami ceroboh tidak tertutup sehingga menyisakan celah yang cukup untu melihat kami dari pantulan cermin,

sayangnya karena letih atau terburu-buru mau pergi Joni orgasme terlebih dahulu dan aku dibiarkannya tertahan. Dan Bram mengetahui hal itu.

Malam itu ketika acara sangat ramai tiba-tiba Joni dipanggil oleh atasannya untuk diperkenalkan oleh customer.

Joni berkata padaku untuk menunggu sebentar, sambil menunggu aku ke lantai 2 untuk melihat barang2 antik,

di lantai 2 ternyata keadaan cukup sepi hanya 2-3 orang yang melihat-lihat di ruangan yang besar itu.

Aku sangat tertarik oleh sebuah cermin besar di pojokan ruangan, tanpa takut aku melihat ke sana dan mengaguminya juga sekaligus mengagumi keseksian tubuhku di depan cermin,

tanpa ku sadari di sampingku sudah berada Bram .

“Udah nanti kacanya pecah lho..cakep deh..!”, canda Bram

“Ah bisa aja kamu Bram”,balasku tersipu.

Setelah berbincang2 di depan cermin cukup lama Bram meminta tolong dipegangkan gelasnya sehingga kedua tanganku memegang gelasnya dan gelasku.

“Aku bisa membuat kamu tampak lebih seksi”,katanya sambil langsung memegang rambutku yang tergerai dengan sangat lembut.

Tanpa bisa mengelak dia telah menggulung rambutku sehingga menampak leherku yang jenjang dan mulus dan terus terang aku seperti terpesona oleh keadaan diriku yang seperti itu.

dan memang benar aku terlihat lebih seksi.

Dan saat terpesona itu tiba-tiba tangan Bram meraba leherku dan membuatku geli dan detik berikutnya Bram telah menempelkan bibirnya di leher belakangku,

daerah yang paling sensitif buatku sehingga aku lemas dan masih dengan memegang gelas Bram yang telah menyudutkanku di dinding dan menciumi leherku dari depan.

“Bram apa yang kamu lakukan..lepaskan aku Bram..lepas..!”,rontaku tapi Bram tahu aku tidak akan berteriak di suasana ini karena akan mempermalukan semua orang.

Bram terus menyerangku dengan kedua tanganku memegang gelas dia bebas meraba buah dadaku dari luar dan terus menciumi leherku,

sambil meronta-ronta aku merasakan gairahku meningkat,

apalagi saat tiba-tiba tangan Bram mulai meraba belahan bawah gaunku hingga ke selangkanganku.

“Bram..hentikan Bram aku mohon..tolong Bram..jangan lakukan itu..”,rintihku,

tapi Bram terus menyerang dan jari tengah tangannya sampai di bibir vaginaku yang ternyata telah basah karena serangan itu.

Dia menyadari kalau aku hanya mengenakan G-string hitam dengan kaitan di pinggirnya, lalu dengan sekali sentakan dia menariknya dan terlepaslah G-stringku.

Aku terpekik pelan apalagi merasakan ada benda keras mengganjal pahaku.

Ketika Bram sudah semakin liar dan akupun tidak dapat melepaskan, tiba-tiba terdengar suara Joni memanggil dari pinggir tangga yang membuat pegangan himpitan Bram terlepas,

lalu aku langsung lari sambil merapikan pakaian ku menuju Joni yang tidak melihat kami dan meninggalkan Bram dengan G-string hitamku.

Aku sungguh terkejut dengan kejadian itu tapi tanpa disadari aku merasakan gairah yang cukup tinggi merasakan tantangan melakukan di tempat umum walau dalam kategori diperkosa.

Ternyata pesta malam itu berlangsung hingga larut malam dan Joni mengatakan dia harus melakukan meeting dengan customer dan atasannya dan dia memutuskan aku untuk pulang bersama Bram.

Tanpa bisa menolak akhirnya malam itu aku diantar Bram.

Diperjalanan dia hanya mengakatakan “Maaf Mira..kamu sungguh cantik malam ini.”

Sepanjang jalan kami tidak berbicara apaun.

Hingga sampai dirumah aku langsung masuk ke dalam kamar dan menelungkupkan diri di kasur,

aku merasakan hal yang aneh antara malu aku baru saja mengalami perkosaan kecil dan perasaan malu mengakui bahwa aku terangsang hebat oleh serangan itu dan masih menyisakan gairah.

Tanpa sadar ternyata Bram telah mengunci semua pintu dan masuk ke dalam kamarku, aku terkejut ketika mendengar suaranya’,

“Mira aku ingin mengembalikan ini”‘ katanya sambil menyerahkan G-stringku berdiri dengan celana pendek saja,

dengan berdiri aku ambil G-stringku dengan cepat, tapi saat itu juga Bram telah menyergapku lagi dan langsung menciumiku sambil langsung menarik kaitan gaun malamku,maka bugilah aku diahadapannya.

Tanpa menunggu banyak waktu aku langsung dijatuhkan di tempat tidur dan dia langsung menindihku.

Aku meronta-ronta sambil menendang-nendang

”Bram..lepaskan aku Bram..ingat kau teman suamiku Bram..jangan..ahh..aku mohon”, erangku ditengah rasa bingung antara nafsu dan malu,

tapi Bram terus menekan hingga aku berteriak saat penisnya menyeruak masuk ke dalam vaginaku,

ternyata dia sudah siap dengan hanya memakai celana pendek saja tanpa celana dalam.

“Ahhhh?Braam..kau..:’ Lalu mulailah dia memompaku dan lepaslah perlawananku,

akhirnya aku hanya menutup mata dan menangis pelan..clok..clok..clok..aku mendengar suara penisnya yang besar keluar masuk di dalam vaginaku yang sudah sangat basah hingga memudahkan penisnya bergerak.

Lama sekali dia memompaku dan aku hanya terbaring mendengar desah nafasnya di telingaku, tak berdaya walau dalam hati menikmatinya.

Sampai kurang lebih satu jam aku akhirnya melenguh panjang “Ahhh?..”

ternyata aku orgasme terlebih dahulu, sungguh aku sangat malu mengalami perkosaan yang aku nikmati.

Sepuluh menit kemudian Bram mempercepat pompaannya lalu terdengar suara Bram di telingaku “Ahhh..hmmfff?”

Aku merasakan vaginaku penuh dengan cairan kental dan hangat sekitar tiga puluh detik kemudian Bram terkulai di atasku.

“Maaf Mira aku tak kuasa menahan nafsuku..”bisiknya pelan lalu berdiri dan meninggalkanku terbaring dan menerawang.

hingga tertidur Aku tak tahu jam berapa Joni pulang hingga pagi harinya.

Esok paginya di hari sabtu seperti biasa aku berenang di kolam renang belakang,,

Joni dan Bram berpamitan untuk nerangkat ke kantor.

Karena tak ada seorang pun aku memberanikan diri untuk berenang tanpa pakaian.

Saat asiknya berenang tanpa disadari, Bram ternyata beralasan tidak enak badan dan kembali pulang,

karena Joni sangat mempercayainya maka dia izinkan Bram pulang sendiri.

Bram masuk dengan kunci milik Joni dan melihat aku sedang berenang tanpa pakaian.

Lalu dia bergerak ke kolam renang dan melepaskan seluruh pakaiannya, saat itulah aku sadari kedatangannya,

“Bram..kenapa kau ada di sini?” tanyaku,

“Tenang Mira suamimu ada di kantor sedang sibuk dengan pekerjaannya”,

aku melihat tubuhnya yang kekar dan penisnya yang besar mengangguk angguk saat dia berjalan telanjang masuk ke dalam kolam

“Pantas sajaku semalam vaginaku terasa penuh sekali”‘pikirku.

Aku buru-buru berenang menjauh tetapi tidak berani keluar dr dalam kolam karena tidak mengenakan pakaian apapun juga.

Saat aku bersandar di pingiran sisi lain kolam, aku tidak melihat ada tanda2 Bram di dalam kolam.

Aku mencari ke sekeliling kolam dan tiba-tiba aku merasakan vaginaku hangat sekali, ternyata Bram ada di bawah air dan sedang menjilati vaginaku sambil memegang kedua kakiku tanpa bisa meronta.

Akhirnya aku hanya bisa merasakan lidahnya merayapai seluruh sisi vaginaku dan memasuki liang senggamaku.

aku hanya menggigit bibir menahan gairah yang masih bergelora dari semalam.

Cukup lama dia mengerjai vaginaku, nafasnya kuat sekali pikirku.

Detik berikutnya yang aku tahu dia telah berada di depanku dan penisnya yang besar telah meneyruak menggantian lidahnya?

“Arrgghh..” erangku menahan nikmat yang sudah seminggu ini tidak tersentuh oleh Joni.

Akhirnya aku membiarkan dia memperkosaku kembali dengan berdiri di dalam kolam renang.

Sekarang aku hanya memeluknya saja dan membiarkan dia menjilati buah dadaku sambil terus memasukan penisnya keluar masuk.

Bahkan saat dia tarik aku ke luar kolam aku hanya menurutinya saja, gila aku mulai menikamti perkosaan ini, pikirku,

tapi ternyata gairahku telah menutupi kenyataan bahwa aku sedang diperkosa oleh teman suamiku.

Dan di pinggir kolam dia membaringkanku lalu mulai menyetubuhi kembali tubuh mulusku..”Kau sangat cantik dan seksi Mira..ahh” bisiknya ditelingaku.

Aku hanya memejamkan mata berpura-pura tidak menikmatinya,

padahal kalau aku jujur aku sangat ingin memeluk dan menggoyangkan pantatku mengimbangi goyangan liarnya.

Apa yang dimaksud dengan Kasir4D ?
Untuk lebih jelasnya silahkan kunjungi :
Kasir4D , Agen Togel , Bandar Togel , Casino Online Terpercaya

Hanya suara eranggannya dan suara penisnya maju mundur di dalam vaginaku,

clok..clok..clep..dia tahu bahwa aku sudah berada dalam kekuasaannya.

Beberapa saat kemudian kembali aku yang mengalami orgasme diawali eranganku “Ahhh..” aku menggigit keras bibirku sambil memegang keras pinggiran kolam,

“Nikmati sayang?”demikian bisiknya menyadari aku mengalami orgasme.

Sebentar kemudian Bram lah yang berteriak panjang,

“Kau hebat Mira..aku cinta kau..AAHHH..HHH” dan aku merasakan semburan kuat di dalam vaginaku.

Gila hebat sekali dia bisa membuatku menikmatinya pikirku.

Setelah dia mencabut penisnya yang masih terasa besar dan keras, aku reflek menamparnya dan memalingkan wajahku darinya.

Aku tak tahu apakah tamparan itu berarti kekesalanku padanya atau karena dia mencabut penisnya dari vaginaku yang masih lapar.

Setelah Joni pulang herannya aku tidak menceritakan kejadian malam lalu dan pagi tadi, aku berharap Joni dapat memberikan kepuasan padaku.

Dengan hanya menggenakan kimono dengan tali depan aku dekati Joni yang masih asik di depan komputernya di dalam kamar,

lalu aku buka tali kimonoku dan kugesekan buah dadaku yang besar itu ke kepalanya dari belakang, berharap da berbalik dan menyerangku.

Ternyata yang kudapatkan adalah bentakannya “Mira..apakah kamu tak bisa melihat kalau aku sedang sibuk?

Jangan kau ganggu aku dulu..ini untuk masa depan kita” teriaknya keras.

Aku yakin Bram juga mendengar teriakannya.

Aku terkejut dan menangis, lalu aku keluar kamar dengan membanting pintu, lalu aku pergi ke pinggir kolam dan duduk di sana merenung dan menahan nafsu.

Dari kolam aku bisa melihat bayangan di Joni di depan komputer dan lampu di kamar Bram.

Tampak samar-samar Bram keluar dari kamar mandi tanpa sehelai benangpun menutupi tubuhnya.

Karena di luar gelap tak mungkin dia melihatku.

Tanpa sadar aku mendekat ke jendelanya dan memperhatikan Bram mengeringkan tubuh.

Gila kekar sekali tubuhnya dan yang menarik perhatianku adalah penisnya yang besar dan tegang mengangguk-angguk bergoyang sekanan memanggilku.

Aku malu sekali mengangumi dan mengaharapkan kembali penis itu masuk ke dalam vaginaku yang memang masih haus.

Perlahan aku membelai-belai vaginaku hingga terasa basah, akhirnya aku memutuskan untuk memintanya pada Bram,

dengan hati yang berdebar kencang dan nafsu yang sudah menutupi kesadaran, aku nekat masuk ke dalam kamar Bram dan langsung mengunci pintu dari dalam.

Bram sangat terkejut “Mira..apa yang kamu lakukan?”, aku hanya menempelkan telunjuk di bibirku dan memberi isyarat agar tidak bersuara karena Joni ada di kamar seberang.

Langsung aku membuka pakaian tidurku dan terpampanglah tubuh putih mulusku tanpa sehelai benagpun di hadapannya,

Bram hanya terperangah dan menatap kagum pada tubuhku.  Togel Online

Bram tersenyum sambil memperlihatkan penisnya yang semakin membesar dan tampak berotot.

Dengan segera aku langsung berlutut di hadapannya dan mengulum penisnya,

Bram yang masih terkejut dengan kejadian ini hanya mendesah perlahan merasakan penisnya aku kulum dan hisap dengan nafsuku yang sudah memuncak.

Sambil mulutku tetap di dalam penisnya aku perlahan naik ke atas tempat tidur dan menempatkan vaginaku di mulut Bram yang sudah terbaring,

dia mengerti maksudku dan langsung saja lidahnya melahap vaginaku yang sudah sangat basah, cukup lama kami dalam posisi itu,

terinat akan Joni yang bisa saja tiba-tiba datang aku langsung mengambil inisiatif untuk merubah posisi dan perlahan duduk di atas penisnya yang sudah mengacung tegang dan besar panjang.

Perlahan aku arahkan dan masukan ke dalam lubang vaginaku, rasanya berbeda dengan saat aku diperkosanya,

perlahan tapi pasti aku merasaskan suatu sensasi yang amat besar sampai akhirnya keseluruhan batang penis Bram masuk ke dalam vaginaku

“Ahh..sssfff..Braaam!” erangku perlahan menahan suara gairahku agar tidak terdengar, aku merasakan seluruh penisnya memenuhi vaginaku dan menyentuh rahimku.

Sungguh suatu sensasi yang tak terbayangkan, dan sensasi itu semakin bertambah saat aku mulai menggoyangkan pantatku naik turun sementara tangan Bram dengan puasnya terus memainkan kedua buah dadaku memuntir-muntir putingku hingga berwarna kemerahan dan keras “ahh..ahh..”

demikian erangan kami perlahan mengiringi suara penisnya yan keluar masuk vaginaku clok..clok..clok?

Tak tahan dengan nafsunya mendadak Bram duduk dan mengulum buah dadaku dengan rakusnya bergantian kiri kanan bergerak ke leher dan terus lagi.

Aku sungguh tak dapat menahan gairah yang selama ini terpendam.

Mungkin karena nafsu yang sudah sangat tertahan atau takut Joni mendengar tak kuasa aku melepaskan puncak gairahku yang pertama sambil mendekap erat Bram dan menggigit pundaknya agar tidak bersuara,

kudekap erat Bram seakan tak dapat dilepaskan mengiringi puncak orgasmeku.

Bram merasakan penisnya disiram cairan hangat dan tahu bahwa aku mengalami orgasme dan membiarkanku mendekapnya sangat erat sambil memelukku dengan belaian hangatnya.

Selesai aku orgasme sekiat 30 detik, Bram membalikan aku dengan penisnya masih tertancap di dalam vaginaku.

Bram mulai mencumbuku dengan menjilati leher dan putingku perlahan, entah mengapa aku kembali bernafsu dan membalas ciumannya denga mesra,

lidah kami saling berpagutan dan Bram merasakan penisnya kembali dapat keluar masuk dengan mudah karena vaginaku sudah kembali basah dan siap menerima serangan berikutnya.

Dan Bram langsung memompa penisnya dengan semangat dan cepat membuat tubuhku bergoyang dan buah dadaku bergerak naik turun dan sungguh suara yang timbul antara erangan kami berdua yang tertahan derit tempat tidur dan suara penisnya keluar masuk di vaginaku kembali membakar gairahku dan aku bergerak menaik turunkan pantatku untuk mengimbangi Bram.

Dan benar saja 10 menit kemudian aku sampai pada puncak orgasme yang kedua, dengan meletakan kedua kakiku dan menekan keras pantatnya hingga penisnya menyentuh rahimku.

Kupeluk Bram dengan erat yang membiarkan aku menikmati deburan ombak kenikmatan yang menyerangku berkali-kali bersamaan keluarnya cairanku.

Kugigit bibirku agar tidak mengeluarkan suara, cukup lama aku dalam keadaan ini dan anehnya setelah selesai aku berada dalam puncak ternyata aku sudah kembali mengimbangi gerakan Bram dengan menaik turunkan pantatku.

Saat itulah kudengar pintu kamarku terbuka dan detik berikutnya pintu kamar Bram diketuk Joni,

“Bram..kau sudah tidur?”, demikian ketuk Joni.

Langsung saja Bram melepaskan pelukannya dan menyuruhku bersembunyi di kamar mandi.

Sempat menyambar pakaian tidurku yang tergeletak di lantai aku langsung lari ke kamar mandi dan mengunci dari luar.

Sungguh hatiku berdebar dengan kerasnya membayangkan apa jadinya jika aku ketahuan suamiku.

Bram dengan santai dan masih bertelanjang membuka pintu dan mengajak Joni masuk, Joni sempat terkejut melihat Bram telanjang,

”Sedang apa kamu Bram” tanpa curiga dengan tempat tidur yang berantakan yang kalau diperhatikan dari dekat ada cairan kenikmatanku.

Bram hanya tersenyum dan mengatakan,”Mau tau aja..”

Dasar Joni dia langsung membicarakan suatu hal pekerjaan dan mereka terlibat pembicaraan itu.

Kurang lebih sepuluh menit mereka berbicara dan sepuluh menit juga hatiku sungguh berdebar-debar tapi anehnya dengan keadaan ini nafsuku sungguh semakin menjadi-jadi.

Setelah Joni keluar, Bram kembali mengunci pintu kamar dan mengetuk kamar mandi perlahan

”Mira buka pintunya..sudah aman”.

Begitu aku buka pintunya Bram langsung menarik aku dan mendudukanku di meja dekat kamar mandi, langsung saja dibukanya kedua kakiku dan bless penisnya kembali memenuhi vaginaku

“Ahhh..ahh..” erangan kami berdua kembali terdengar perlahan sambil terus menggoyangkan pantatnya maju mundur Bram melahap buah dadaku dan putingku.

Sepuluh menit berlalu dan goyang Bram semakin cepat sehingga aku tahu dia akan mencapai puncaknya, dan akupun merasakan hal yang sama

“Braaam lebih cepat sayang aku sudah hampir keluar..” desahku

“Tahan sayang kita bersamaan keluarnya”, dan benar saja saat kurasakan maninya menyembur deras dalam vaginaku aku mengalami orgasme yang ketiga dan lebih hebat dari yang pertama dan kedua,

kami saling berpelukan erat dan menikmati puncak gairah itu bersamaan.

“Braaammm..,” desahku tertahan.

“Ahhh Mira..kau hebat..” demikian katanya.

Akhirnya kami saling berpelukan lemas berdua, sungguh suatu pertempuran yang sangat melelahkan.

Saat kulirik jam ternyata sudah dua jam kami bergumul.

“Terima kasih Bram..kau hebat..” kataku dengan kecupan mesra dan langsung memakai pakaian tidurku kembali dan kembali ke kamarku.

Joni tidak curiga sama sekali dan tetap berkutat dengan komputernya dan tidak menghiraukanku yang langsung berbaring tanpa melepas pakaianku seperti biasanya karena aku tahu ada bekas ciuman Bram di sekujur buah dadaku.

Malam itu aku merasa sangat bersalah pada Joni tapi di lain sisi aku merasa sangat puas dan tidur dengan nyenyaknya.

Esoknya seperti biasa di hari Minggu aku dan Joni berenang di pagi hari tetapi mengingat adanya Bram,

kami yang biasanya berenang bertelanjang akhirnya memutuskan memakai pakaian renang, aku syukuri karena hal ini dapat menutupi buah dadaku yang masih memar karena gigitan Bram.

Saat kami berenang aku menyadari bahwa Bram sedang menatap kami dari kamarnya.

Dan saat Joni sedang asyik berenang kulihat Bram memanggilku dengan tangannya dan yang membuat aku terkejut dia menunjukan penisnya yang sudah mengacung besar dan tegang.

Seperti di hipnotis aku nekat berjalan ke dalam.

”Jon aku mau ke dalam ambil makanan ya..!” kataku pada Joni, dia hanya mengiyakan sambil terus berenang,

Joni memang sangat hobi berenang bisa 2 jam nonstop tanpa berhenti.

Aku dengan tergesa masuk ke dalam dan menuju kamar Bram.  Casino Online

Di sana Bram sudah menunggu dan tak sabar dia melucuti pakain renangku yang memang hanya menggunakan tali sebagai pengikatnya.

“Gila kamu Bram..bisa ketahuan Joni lho,” protesku tanpa perlawanan karena aku sendiri sangat bergairah oleh tantangan ini.

dan dengan kasar dia menciumi punggungku sambil meremas buah dadaku “Tapi kamu menikmatinya khan?!,” goda Bram sambil mencium leher belakangku.

Dan aku hanya mendesah menahan nikmat dan tantangan ini.

Yang lebih gila Bram menarikku ke jendela dan masih dari belakang dia meremas-remas buah dadaku dan meciumi punggung hingga pantatku,

“Gila kau Bram, Joni bisa melihat kita,” tapi anehnya aku tidak berontak sama sekali dan memperhatikan Joni yang benar-benar sangat menikamti renangnya.

Di kamar Bram pun aku sangat menikmati sentuhan Bram.

“Mira kamu suka ini khan?” tanyanya sambil dengan keras menusukan penisnya ke dalam vaginaku dari belakang.

“AHH..Bram..” teriakku kaget dan nikmat, sekarang aku berani bersuara lebih kencang karena tahu Joni tidak akan mendengarnya.

Langsung saja Bram memaju mundurkan penisnya di vaginaku.

”Ahh.. Bram lebih kencang..fuck me Bram..puaskan aku Bram..penismu sungguh luar biasa.

Bram aku sayang kamu..” teriakku tak keruan dengan masih memperhatikan Joni.

Bram mengimbangi dengan gerakan yang liar hingga vaginaku terasa lebih dalam lagi tersentuh penisnya dengan posisi ini,

”Mira..khhaau hhebat..” desahnya sambil terus menekanku, kalau saja Joni melihat sejenak ke kamar Bram maka dia akn sangat terkejut meilhat pemandangan ini,

istrinya sedang bercinta dengan rekan kerjanya. Ternyata kami memang bisa saling mengimbangi, kali ini dalam waktu 20 menit kami sudah mencapai puncak secara bersamaan

“Teruuus Bram lebih khheeenncang..ahhhh aku keluar Braaaaam”, teriaku.

“Aaakuu juga Tyyaaasss..nikkkkmat ssekali mmmeemeekmu..aahhhhh.” teriaknya bersamaan dengan puncak kenikmatan yang datang bersamaan.

Setelah itu aku langsung mencium bibirnya dan kembali mengenakan pakaian renangku dan kembali berenang bersama Joni yang tidak menyadari kejadian itu.

Setelah itu hari-hari berikutnya sungguh mendatangkan gairah baru dalam hidupku dengan tantangan bercinta bersama Bram.

Pernah suatu saat ketika akhirnya Joni mau bercinta denganku di suatu malam hingga akhirnya dia tertidur kelelahan,

aku hendak mengambil susu di dapur dan karena sudah larut malam aku nekat tidak mengenakan pakaian apapun.

Saat aku membungkuk di depan lemari es sekelebat ku lihat bayangan di belakangku sebelum aku menyadari Bram sudah di belakangku dan langsung menubruku dari belakang.

Penisnya langsung menusuk vaginaku yang membuatku hanya tersedak dan menahan nikmat tiba-tiba ini.

Kami bergumul di lantai dapur lalu dia mengambil kursi dan duduk di atasnya sambil memangku aku,

“Bram kamu nakal” desahku yang juga menikmatinya dan kami bercinta hingga hampir pagi di dapur.

Sungguh bersama Bram kudapatkan gairah terpendamku selama ini.

Akhirnya ketika proyek kantor Joni selesai Bram harus pergi dari rumah kami dan malam sebelum pergi aku dan Bram menyempatkan bercinta kembali