Thursday, July 30, 2020

Kisah Ngentot Pegawai Pabrik


Kasir4D Hari ini badanku terasa lelah sekali, seharian ini banyak sekali pekerjaan yg kuselesaikan, meski selesai semua rasanya puas juga menjalani kesibukan hari ini. Sore itu waktu sudah hampir setengah 6 sore, setelah membereskan berkas-berkas di ruang kerjaku aku siap pulang kerumah, mobil kijang hijauku sudah siap di tempat parkir mengantarku pulang.Kulihat jalanan di depan kantorku terlihat lancar, ternyata perkiraanku salah, kurang lebih 1 km dari kantor, jalanan macet total, ya sudahlah nikmati saja daripada menggerutu juga nggak ngurangi macet.

Lokasi kantorku kebetulan dekat dengan jajaran pabrik-pabrik, dan jam segitu rupanya macet angkutan umum yg mencari penumpang, tiba-tiba ditengah kemacetan jalanan kulihat didepan sebuah toko ada seorang perempuan yg manis sekali, kulitnya putih, tingginya sekitar 165 cm dengan menggunakan seragam pabrik biru-biru ditutup blazer hitam terbuka yg kelihatan ketat terlihat dadanya begitu menyesakkan baju seragamnya, untuk ukuran karyawan pabrik, cewek itu terlalu cantik, meski bajunya begitu sederhana tidak sebanding dengan kecantikannya.Kuperhatikan dengan seksama, dia kelihatan memandangku dan tersenyum tipis menatapku, aku pun tersenyum memandangnya, tiba-tiba aku dikagetkan suara klakson mobil dibelakangku, cepat-cepat kutancap mobilku berhubung jalan didepan sudah lancar sekitar 30 meter ke depan. Menyesal sekali aku tdk bisa berhenti waktu itu, kulihat di spion perempuan itu naik angkot di tiga mobil dibelakangku.. Seandainya saja?

Sekira 200 meter jalan lancer, tiba-tiba kemacetan datang lagi, makin sumpek aja aku, akhirnya kulihat didepan ada toko kecil dengan tempat parkir yg agak luas, akhirnya lampu sent mobil kunyalakan kekiri dan aku berhenti, meski masih ada rokok, kuniatkan beli lagi sambil beli minuman ringan, sambil berharap perempuan di angkot belakang bisa ketahuan lagi jejaknya. Alamak.. Sambil minum teh botol dingin, tiba-tiba saja angkot dibelakang yg membawa perempuan itu berhenti, aku berharap..

Tiba-tiba benar saja perempuan itu turun kemudian membayar ongkos ke sopir di depan. Wah memang benar kalau sudah jodohku nih.. Kulihat perempuan itu masuk juga ke dalam toko, sambil tersenyum tipis dia menuju ke penjual toko itu dan kulihat membeli lima buah indomie, susu dancow dan kopi instan lima sachet.“Lho rumahnya dimana Mbak?” tanyaku sambil tersenyum.

“Oh saya kos dibelakang toko ini, Mas,” jawabnya sambil mencari dompet dari dalam tasnya.
“Nama saya Anto, boleh kenalan Mbak?” tanyaku sambil menjulurkan tangan buat bersalaman.
“Saya Winda, Mas,” jawabnya sambil senyum dan menjabat tanganku.. Busyet tangannya mulus sekali dan hangat sekali agak berkeringat.
“Berapa Mbak?” kata Winda pada penjual toko sambil mengeluarkan dompetnya.
“Dua puluh sembilan ribu lima ratus Mbak “jawab penjual toko itu.

“Ini saja Mbak, sekalian teh botol satu dan rokok dua bungkus” kataku sambil ngeluarin uang seratus ribu ke wanita penjaga toko.
“Nggak usah Mas, saya ada kok” kata Winda sambil ngeluarin dua lembar uang dua puluh ribuan.
“Ya sudah gini aja, uang ini bawa dulu, tapi saya minta dibikinin kopi dulu, sekalian kalau boleh main ke kos-mu sambil nunggu macet, boleh nggak?” Kataku sambil ngembaliin uangnya.
“Baiklah kalau begitu terima kasih, tapi tempatnya jelek lho Mas, kata Winda sambil tersenyum.
“Ah jangan gitu, saya malah nggak enak nih ngerepotin minta kopi segala” Kataku sambil nerima kembalian dari penjaga toko.
“Mbak, saya titip mobil ya, sekalian ini buat parkirnya,” sambil kukasih wanita penjaga toko uang lima ribu”

“Wah makasih ya Mas” kata penjaga toko.Winda tersenyum dan mengajakku berjalan di gang sebelah toko itu, jalannya kecil cuman satu meter lebarnya, jadi kalau jalan nggak bisa bareng, harus satu-satu, Winda jalan di depan dan aku dibelakangnya. Kuperhatikan selain dadanya yg membusung, ternyata pinggul dan pantat Winda benar-benar montok habis, sampai-sampai rok yg dipakainya pun membungkus ketat pantat indah itu serasi sekali dengan pinggul yg ramping, ditambah bau tubuhnya yg wangi meski kutahu itu bau parfum biasa.Kira-kira dua puluh meter jalan, Winda berhenti dan membuka pagar besi kecil disebuah rumah tanpa halaman dan ternyata didalamnya berjajar kamar-kamar kontrakan dengan pembatas tembok satu meter antar kamarnya.

“Disini Mas, kamarku paling ujung, dekat dengan kamar mandi, silahkan masuk dulu Mas, aku mau panasin air sebentar buat bikin kopi” kata Winda nyerocos. Kamarnya ternyata cukup bersih, di ruang tamu ada karpet biru, meja kecil ditengahnya dan diujung TV 14 inch terpasang rapi ditambah hiasan manik-manik yg bagus, tak sempat kulihat kamar tidurnya, tapi melihat ruang tamunya tertata rapi aku yakin kamar tidurnya pasti bersih juga.Kuambil remote TV dan kunyalakan, pas berita sore, kuikuti perkembangan pencalonan presiden dari para politikus negeri ini, tapi aku lebih tertarik melihat foto dibelakangku ternyata foto Winda menggunakan kebaya dan samping, cantik sekali..

Tdk dandan saja dia cantik, apalagi dalam foto itu belahan dada kebaya agak rendah, sehingga sembulan toket putihnya kelihatan seksi dan erotis sekali. “Itu fotoku waktu di kampung bulan lalu Mas, waktu acara kawinan sepupuku” kata Winda sambil membawa dua gelas kopi.

“Memangnya kampungmu dimana? Dan lagi jadi apa waktu acara itu?” Tanyaku sambil membantu nurunin gelas kopi ditaruh di meja.
“Kampungku di Cianjur Mas, waktu itu aku kebagian ngisi nari Jaipongan, yah gini-gini aku penari Jaipongan Mas, meski hanya sebatas acara di kampung aja” Kata Winda sambil tersenyum manis. “Pantesan, tapi cantik juga kamu baju kebaya ya, lebih sensual dan menarik” Kataku sambil memandang wajah cantiknya.
“Pantesan apa Mas? Masak orang kampung gini dibilangin sensual dan menarik” Kata Winda.
“Pantesan tubuh kamu bagus dan terawat itu karena rajin jaipongan ya”
“Ah Mas, bisa aja,” katanya sambil mencubit tanganku.

“Silahkan Mas diminum kopinya, aku tinggal sebentar ya mau mandi dulu, udah gerah banget nih rasanya” Winda masuk ke dalam kamarnya dan mengambil peralatan mandi, letak kamar mandi kontrakan itu ada di luar tapi masih dekat dengan kamar Winda mungkin cuma sekitar 4 meter saja dari pintu kamarnya.“Tunggu sebentar ya Mas, silahkan diminum kopinya” Winda berjalan dengan berkalungkan handuk putih dipundaknya, sementara rambutnya diikat ke belakang, terlihat cantik dan alami sekali. Sekitar sepuluh menit Winda di dalam kamar mandi, kudengar suara, ‘waduh gimana nih bajunya basah gini,’ akhirnya aku mendekat kamar mandi dan berteriak.





“Ada apa Win? Ada yg bisa saya bantu?” kataku sedikit cemas dan heran.
“Nggak apa-apa kok Mas, bajuku pada jatuh dan basah, Mas apa diluar ada orang lain?” Tanya Winda sambil teriak.
“Ntar aku lihat dulu, ke pintu depan” kataku sambil berjalan ke pagar dan gang kecil menuju rumahnya.
“Nggak ada siapa-siapa” Kataku sambil mendekat ke pintu kamar mandi.Tiba-tiba pintu kamar mandi terbuka dan kulihat Winda hanya berbalut handuk putihnya, kulihat pundaknya putih sekali, sementara toketnya yg montok sedikit menyembul dan pahanya yg putih dan mulus sekali terlihat tertutup handuk kira-kira 20 cm diatas lututnya, wah aku jadi kaget sekali dan tiba-tiba Winda menengok dari belakang pintu dan berlari menuju kamarnya.

“Sorry ya Mas, bajuku pada basah semua, aku ganti baju dulu ya,” kata Winda sambil berlari dengan tubuh mulus terbalut handuk.Melihat pemandangan yg menggairahkan itu, mengakibatkan otot dalam celanaku berdenyut-denyut, dan sedikit mengembang, ‘gile bener, tubuhnya montok bener’. Kataku dalam hati, sambil masuk ke kontrakannya dan melihat-lihat lagi foto sensualnya.“Maaf ya Mas, sebenarnya aku malu tadi,” kata Winda sambil duduk di sampingku, Winda sore itu memakai kaos kuning dan bawahan celana strit hitam ketat sebatas lutut, namun kaos panjangnya menutupi bagian bawah sampai 10 cm diatas lutut.










Malam itu kita hanya ngobrol saja sampai jam delapan malam, dari obrolan itu kutahu kalau Winda sudah hampir setahun bekerja, pernah kuliah D-1 bagian Sekretaris dan sekarang bekerja di bagian administrasi keuangan sebuah pabrik, dan kutahu bahwa Winda sudah punya pacar di kampungnya, namun orangtuanya kurang setuju.“Jangan kapok main ya Mas,” kata Winda berharap.

“Justru aku yg berharap boleh main kesini lagi kalau kamu nggak keberatan,” kataku sambil memakai sepatu, sambil berjalan pulang kuberikan kartu namaku.
“Kalau ada apa-apa telpon aja,” kataku sambil bersalaman, perlahan kuremas tangan halusnya dan Winda kelihatan malu dan tertunduk.
“Daah” aku pamitan dan Winda mengantarkan aku sampai ke tempat parkir. Setelah perkenalan itu, kurang lebih dua bulan, kami hanya bersahabat saja, bahkan Winda menyatakan kekaguman karena aku nggak pernah bertindak tidak sopan, meski kami sering pulang sampai jam 10 malam, paling hanya berpegangan tangan saja, entahlah mungkin lama-kelamaan dia mulai sayang, meski sudah kuceritakan bahwa aku sudah beristri dan punya seorang anak. Hingga suatu hari, aku masih ingat itu hari Rabu, dia menelpon ke HP-ku,“Mas, aku pengen ngobrol bisa nggak, sore ini jemput aku ya?” kata Winda di telepon.

“Oke, emangnya ada apa?” Tanyaku.
“Yah pokoknya nanti aja deh, aku mau cerita, udah dulu ya, sampai nanti di tempat biasanya,” Winda menutup telponnya.Tepat jam 16.30 aku meninggalkan kantor, kulihat dari kejauhan Winda sudah menunggu dan sedikit melambaikan tangan kegirangan. Winda masuk ke mobilku dan tersenyum.“Mas, kita jangan pulang dulu ya, aku pengen cerita banyak dan menenangkan hatiku,” kata Winda sambil menatapku.




“Oke, kita jalan-jalan ke Ciater aja ya, disana kita bisa berendam air panas sambil ngobrol,” ajakku sambil terpikir ada kolam renang yg memang cukup nyaman untuk berendam di malam hari.
“Oke, kayaknya asyik juga tuh,” Kata Winda mengiyakan.Aku menelepon ke rumah, dan bilang ada pekerjaan di kantor yg harus diselesaikan, kalau ada apa-apa ngebel aja ke kantor, kebetulan aku sudah setting teleponku tiga kali kring di-forwardkan ke HP-ku.“Kamu ada masalah apa, kok kelihatan kusut begitu?” kataku sambil mencubit dagu Winda.

“Nggak tahu kenapa aku pengen cerita masalahku ke Mas, kayaknya aku tenang kalau udah ada di sampingmu Mas,” kata Winda sambil memegang lenganku.Posisi mobilku memang agak susah untuk berdekatan, hingga akhirnya Winda hanya bisa memegang lenganku saja. Sambil sedikit berkaca-kaca, Winda menceritakan bahwa pacarnya di kampung sudah memutuskan hubungan dengannya. Selama di perjalanan aku banyak kasih nasehat dan pengertian kepadanya, dan dia pun kelihatan lebih tenang. Sampai di Ayam Goreng Brebes, Lembang aku memarkirkan mobilku.

“Kita makan dulu yuk,” ajakku.Berhubung tempat parkirnya penuh, aku agak jauh memarkir mobilku, dan baru kali ini Winda berani berjalan disampingku sambil memeluk pinggangku, aku pun akhirnya merapatkan tubuh dan memeluk pundaknya sambil menuju ke tempat makan.Menuju ke Ciater, diperjalanan Winda memandangku terus dan tiba-tiba saja bibirnya mengecup pipiku, aku agak gugup namun menikmati juga, sambil sesekali kuremas tangan halusnya. Wah mau nggak mau banyaknya rangsangan selama perjalanan mulai mempengaruhi adrenalinku juga.

Dan sesampai di Ciater ternyata suasananya hujan agak deras, jam sudah menunjukkan jam delapan malam, berendam di kolam renang rasanya nggak mungkin, pulang juga sudah terlanjur, akhirnya kutawarkan ke Winda.“Gimana kalau kita berendamnya di kamar aja?” Aku agak khawatir dia keberatan, tapi katanya, “Ya terserah Mas aja” kata Winda.Di front room hotel, aku booking satu kamar yg ada bathtub buat berendam air panas, didepan meja front room Winda masih memeluk pinggangku, kali ini terasa kelembutan dadanya menyentuh badanku, dan ini mau nggak mau berpengaruh pada otot pejal didalam CDku. Malam itu Ciater dingin banget, kabut turun tebal banget setelah hujan, hingga perjalanan menuju ke kamar pun harus perlahan, petugas hotel sudah menunggu di depan kamar dan membukakan pintu kamar.“Silahkan Pak, silahkan Bu, apa ada yg dipesan?” kata petugas hotel ramah, mengira kami pasangan suami istri.

“Sementara belum Mas, nanti saja kalau perlu saya telpon dari kamar,” kataku sambil memberi sedikit tips buat petugas hotel.Winda masuk ke kamar dan aku masih duduk di ruang TV, sambil mencari-cari chanel yg bagus, sambil melepas penat dua jam lebih di belakang kemudi. Tiba-tiba Winda keluar dari kamar, alamak Winda sudah berganti baju dengan celana pendek pink ketat dan kaos senam ketat putih polos pendek hingga kelihatan pusarnya, kulihat bayangan puting toketnya yg kecoklatan, tanpa dibungkus beha, pahanya putih dan mulus menantang, sementara pantatnya yg bahenol tercetak ketat di celananya dan dadanya benar-benar montok menantang.“Ayo Mas, katanya mau berendam? Jangan liatin gitu dong,” Kata Winda sambil duduk disampingku.

“Oke, tapi aku nggak bawa baju berendam nih,” kataku sambil membuka baju kerjaku, aku yg sudah tidak kuat melihat pemandangan yg memancing birahi itu.
“Mas, badanmu kekar juga ya, “kata Winda sambil memeluk lenganku dari samping, terasa toket montoknya melekat erat di lenganku.Perlahan kuusap paha putih Winda dan tiba-tiba Winda berdiri dan duduk di pangkuanku, akhirnya tubuh montok itu kupeluk sambil kuangkat kakinya kuletakkan pahanya yg putih, mulus dan hangat itu diatas pangkuanku. Perlahan Winda menatap mataku, kemudian memelukku erat sekali, terasa sekali kekenyalan toket montoknya, meski terhalang kaos tipis yg dipakainya, cukup lama Winda menyembunyikan wajahnya di bahuku, kemudian dia berkata lirih.




“Mas, aku sayang kamu, aku takut kehilangan kamu Mas,” kubelai perlahan rambutnya, kurenggangkan pelukannya dan kutatap mata Winda, dalam hitungan detik, bibir kami saling melumat pertama agak perlahan, sambil kunikmati kelembutan bibirnya, cukup lama kami beratraksi dengan bibir kami dan makin lama pagutan dan ciumannya makin buas, dan kami pun saling melumat bibir.Perlahan ciuman kami agak melemah, lembut kuciumi lehernya, belakang telinga dan pundaknya, kukecup lembut tanpa suara, tangan kananku mendarat perlahan di dadanya, begitu padat, kenyal dan kencang, sementara tangan kiriku perlahan mengangkat kaos ketatnya.

Winda menengadahkan wajahnya dan membusungkan dadanya sambil mengangkat tangannya, dan segera kulepas kaos ketatnya, betul-betul keindahan toket seorang wanita yg kulihat didepanku, kulitnya yg putih bersih tanpa cacat, ditambah sepasang toket yg montok, padat dan menantang, perlahan kujelajahi dan kusapu lembut gunung indah nan menantang itu, dan perlahan kuusap putingnya yg menonjol keras kecoklatan, mungkin dia sudah terangsang.“Mas, pantatku kayak ada yg mengganjal nih, dibuka celananya ya Mas, biar nggak sakit,” kata Winda.Aku berdiri dan Winda membuka resletingku, melepas ikat pinggangku dan menurunkan celanaku.“Apa itu Mas?” kata Winda sambil menutup matanya dengan jari yg masih terbuka.

Otot penisku yg sudah membesar dan mengeras sekali, tercetak jelas pada celana pendek katun yg ketat, perlahan kutarik tangan Winda, kutempelkan tangannya menyusuri bonggol keras dari luar celana pendekku, perlahan dan lama-lama Winda berinisiatif meremas penisku dari luar celana pendekku.Kubiarkan Winda mengelus dengan jemarinya dan sesekali meremas, kadang pelan kadang agak kuat, mungkin dia mulai menikmati mainan barunya, sementara kunikmati aliran kenikmatan, sambil kulihat ekspresinya.“Gimana Win?” kataku sambil menatap matanya.

“Mas, aku belum pernah melakukan seperti ini, tadinya malu sekali aku melihatnya, ternyata kemaluan cowok bisa segede ini ya?” katanya sambil tersipu.
“Kalau kamu mau, kamu boleh buka celanaku” kataku.

Perlahan tangan halus itu menurunkan celana pendekku dan tiba-tiba penisku yg sudah tegak dan berdiri keras seolah miniatur tugu monas, Winda menatap tak berkedip melihat kemaluanku, pelan jarinya mengelus batangku yg tegang seperti kayu, urat-urat yg menonjol dia telusuri perlahan, alamak nikmat sekali, dan garis urat di tengah-tengah bagian belakang ditelusurinya perlahan, penisku berkedut-kedut dan tiba-tiba diremasnya kantong pelerku, sungguh kenikmatan yg luar biasa.Kutarik Winda untuk berdiri, kebelai pinggul indahnya, berputar kebelakang meremas bongkahan pantatnya yg bahenol, kupeluk dan kuusap erat punggungnya, perlahan kukecup lehernya, belakang telinganya dan pundaknya, kulihat dan kurasakan kulitnya merinding, Winda mempererat pelukannya dan menempelkan ketat dadanya yg padat membusung ke dadaku, paduan antara kehangatan dan aliran birahi yg mengalir lewat kulitnya.Winda yg hanya tinggal memakai CD tipis warna pink, menggoyangkan dan menempelkan ketat kemaluanku yg sudah tegang membesar ke daerah bukit venusnya, meski masih terpisahkan CDnya, namun kurasakan ada kelembaban dari balik CDnya.

Kulihat mata sendu Winda menikmati foreplay yg panjang malam itu, kelihatan dia sudah terangsang sekali, dari sorotan matanya dan pelupuk matanya yg agak sembab, serta toketnya yg kencang menantang dengan puting yg mengeras.Kuraba CDnya dan kuturunkan, Winda membantu menurunkan CDnya dan melempar dengan ujung kakinya, sambil kucium dan kulumat bibir seksinya, kujamah dan kuremas toket montoknya, dan serta merta kuangkat tubuh telanjang nan mulus itu ke kamar dan kutidurkan diatas kasur bersprei putih bersih.

Sambil tetap menciuminya, aku tidur merapatkan ke tubuhnya, kaki kuangkat dan kugesek-gesekkan diatas paha putihnya, sementara tanganku kembali meremas dadanya yg kian montok dan menggunung dengan puting susunya yg menonjol kecil kecoklatan. Perlahan aku turun menciumi lehernya dan memutar-mutarkan lidahku ke gunung kembarnya bergantian, kusapu hingga basah dengan menyisakan puting, pada bagian akhir nanti, sementara tanganku menjelajah ke pangkal pahanya, menyibak rambut kemaluannya yg halus menghitam itu, kuusap bibir memeknya dan Winda menggelinjangkan pinggulnya.Kuperhatikan Winda memejamkan matanya menikmati sentuhan dan rangsangan yg kuberikan, sementara tanpa sadar penisku yg tegak dan keras, diremasnya perlahan dan kadang menguat saat rangsangan datang menguat.

Kumainkan ujung jariku menyapu bibir memeknya yg sudah membasah dan kusapu pelan belahan lubang memeknya yg membasah, sambil kujilati putingnya dengan ujung lidahku bersamaan kuputar perlahan kelentitnya dengan ujung jari telunjukku,Seirama antara jilatan lidahku di ujung putingnya dan usapan ujung jari telunjukku di ujung kelentitnya, serta merta Winda menggoyangkan pantat dan pinggulnya, menggeleparkan dan membuka lebar pahanya dan membusungkan dadanya hingga kelihatan merangsang sekali, sambil menutup matanya dengan bibir yg membasah dan sedikit terbuka, sementara tangannya menggenggam erat sekali kemaluanku yg masih mengeras dan berdenyut-denyut.“Uuff mmaas, kau apakan tubuhku ini,” mulut Winda mengerang menahan kenikmatan.

Tubuhnya menggelinjang keras sekali, pahanya bergetar hebat dan kadang menjepit tanganku dengan erat saat jariku masih menyentuh kelentitnya, dan tiba-tiba penisku dicengkeram dengan keras seolah mengajak untuk menikmati orgasmenya dalam foreplay itu.Kuremas dengan irama perlahan toketnya yg tambah mengeras dan membusung itu dengan tangan kiriku, sementara tangan kananku terjepit diantara kedua paha mulusnya, kemaluanku diremasnya dan tangan satunya memelukku erat sementara paha dan kakinya menggelepar keras sekali hingga sprei putih itu berserakan tak karuan, orgasme pertama sudah dirasakannya. Tanpa berhenti kumainkan pelan tanpa henti kelentitnya, dan mungkin sekarang Winda sudah terangsang kembali.

“Mas, tolong masukkan, aku ingin merasakannya sayang,” katanya sambil menghiba dan meringis menahan kenikmatan tiada tara yg dirasakannya.Perlahan aku menaiki tubuhnya, pahaku menempel erat dipahanya yg mengangkang dan kepala penisku menempel di kelentitnya menggantikan ujung jari telunjukku. Sambil kuciumi leher putihnya, pundak dan belakang telinganya, kepala penisku bergerak-gerak mengelilingi bibir memeknya yg hangat dan basah, kulihat Winda merem melek menikmati benda pejal di bibir memeknya, lidahnya menyapu bibirnya hingga membasah, dan wajahnya memerah dengan mata merem melek tak beraturan.

Dengan perlahan akhirnya sedikit demi sedikit kumasukkan batang penisku ke dalam memeknya, saat kucoba menyelipkan kepala penisku ke mulut memeknya rasanya peret dan sulit sekali, kulihat Winda sedikit meringis dan membuka mulutnya dan sedikit menjerit.“Aah,”Namun akhirnya kepala penisku sudah mulai masuk dan mulai kurasakan kehangatan memeknya, perlahan kumasukkan sesenti demi sesenti, pada sekitar centimeter ke 4 menuju ke 5, Winda tiba-tiba berteriak dan menjerit.“Aduh Mas sakit sekali,” katanya, “Seperti ada yg menusuk dan nyerinya sampai ke perut,” katanya.

“Aku cabut aja ya?”

“Jangan, biarkan dulu kutahan rasa sakit ini,”Aku yg sudah merasa kenikmatan yg luar biasa dan sedikit demi sedikit mulai kumasukkan lagi batang penisku. Kulihat Winda meneteskan air mata, namun tiba-tiba dia menggoyangkan pantatnya dan tentunya akhirnya penisku hampir seluruhnya masuk, kenikmatan yg belum pernah kurasakan, penisku serasa digigit bibir yg kenyal, hangat, agak lembab dan nikmat sekali.Akhirnya kami pun mulai menikmati hubungan badan ini.

“Mas rasa sakitnya sudah agak berkurang, sekarang keluar masukkan penismu Mas, rasanya nikmat sekali” Perlahan aku mulai mengayun batang penisku keluar masuk ke memek Winda, kulihat tangannya diangkat dan memegang erat-erat kepalanya dan akhirnya menarik sprei tempat tidurnya, sementara pahanya dia kangkangin lebar-lebar dan mencari-cari pinggulku, hingga akhirnya kakinya melingkar di pantatku dan seolah meminta penisku untuk dimasukkan dalam-dalam ke memeknya.Beberapa kali ayunan, akhirnya aku agak yakin dia sudah tdk begitu merasakan sakit di memeknya, dan kupercepat ayunan penisku di memeknya. Winda berteriak-teriak dan tiba merapatkan jepitan kakinya di pantatku, kepala menggeleng-geleng dan tangannya menarik kuat-kuat sprei tempat tidurnya, mungkin dia mau orgasme, pikirku. Togel Online

Tiba-tiba tangannya memelukku erat-erat dan kakinya makin merapatkan jepitannya di pantatku, kurasakan toket besarnya tergencet dadaku, rasanya hangat dan kenyal sekali, aku diam sejenak dan kubenamkan penisku seluruhnya di dalam memeknya.

“Oh, mmas aku keluar.. Ahh.. Ahh.. Ahh,”Aku merasakan nikmat yg amat sangat, penisku berdenyut-denyut, rasanya aliran darah mengalir kencang di penisku, dan aku yakin penisku sangat tegang sekali dan begitu membesar di dalam memek Winda, sepertinya aku juga akan mengeluarkan air kejantananku.Beberapa saat kemudian, kubuka sedikit jepitan kaki Winda dipantatku, sambil kubuka lebar-lebar paha Winda, kulihat ada cairan kental berwarna kemerah-merahan dari memek Winda, penisku rasanya licin sekali dialiri cairan itu, dan akhirnya dengan cepat aku kayuh penisku keluar masuk dari memek Winda, nikmat sekali rasanya. Ada mungkin delapan sampai sembilan kayuhan penisku di memek Winda, tiba-tiba kurasakan ada sesuatu yg akan meledak dari dalam penisku dan akhirnya.. Croot.. Croot.. Croot.. Croot.

Memeknya berdenyut-denyut menikmati aliran maniku yg hangat, sementara kurasakan batangku masih berdenyut-denyut nikmat, kubenamkan batangku dalam kehangatan memeknya yg basah. Kupandang wajahnya yg berkeringat, perlahan kusapu dengan tanganku dan kuciumi dengan penuh rasa sayang, akhirnya kamipun terkulai lemas dan Winda memeluk tubuhku erat, tanpa mempedulikan cairan yg merembes keluar dari lubang kenikmatannya.Ada lebih sejam kami tertidur dalam kenikmatan, dan selanjutnya berdua kita berendam dengan air hangat di bathtub, hingga badan pun terasa segar kembali.

Setelah menikmati makan malam di cafeteria, akhirnya kami pun kembali ke kamar jam 12.00 malam, mengulangi permainan dengan lebih ganas hingga jam 1 dini hari, kami pun tertidur tanpa busana, dan kupeluk tubuh telanjangnya dalam kehangatan selimut. Hingga esoknya kuputuskan untuk mengambil cuti sehari dan sebelum checkout jam 12 siang, kami masih menyisakan dua kali permainan di kamar tidur dan di bathtub. Lain kali akan kuceritakan pengalamanku dengan Winda di kampungnya saat aku mengantarnya mudik.

Thursday, July 2, 2020

Kenikmatan Memek Kakak Pacarku


Kasir4D Dimulаi dаri hubungan asmaraku bеrѕаmа Bunga уаng tеruѕ bеrlаnjut dеngаn mеѕrа, аku jugа berhasil merajut hubungan gelap dengan kakaknya si Indah.

Suаtu hаri аku mеnсоbа untuk реrgi mаin ke rumah BungaTing tоng”, “Bunga…? Ini аku Agung”,

“Eеh ѕауаng, tumbеn kаmu mаin kеrumаhku, уееее”, iа lаngѕung mеmеluk ku dаn mеnсium рiрiku,
“kаn kаmu ѕudаh ѕеring mаin kеrumаhku, ѕеkаrаng аku lаh уаng mаin kеrumаhmu dоng, hеhе…,
“Mаkаѕih kаmu udаh mаu kеѕini ѕауаng, tарi аku gаk biѕа lаmа, kаrеnа hаbiѕ ini mаu kеluаr ѕаmа kеluаrgа.”

“Oооh, уа udаh аku рulаng аjа уа Bеb”,
‘jаngаn рulаng dulu dоng, kаmu diѕini аjа, kеbеtulаn kаkаk Indah gаk ikut kоk, kаmu tunggu ѕini ѕаmа kаkаk аku уаh”. Lаlu tеrlihаt оrаng tuаnуа kеluаr, аku ѕеmраt bеrѕаlаmаn dаn mеrеkа mеngаjаk Bunga bеrаngkаt реrgi.
“Kаmu tunggu dirumаh уа, аku ngаk lаmа kоk”,
“Iуа, hаti-hаti уааа”. Kеmudiаn mеrеkа bеrаngkаt.

Aduh аku jаdi bingung, mаѕа аku hаruѕ mеnunggu diѕini dеngаn kаkаknуа? Hufft рikirku. Sааt аku mаѕuk, аku kаgеt, tеrnуаtа kаkаknуа Bunga itu ѕеоrаng mаhаѕiѕwi саntik !“Eееh, kаmu раѕti расаrnуа ѕi Bunga уа, kеnаlin аku Indah, kаkаknуа”,


“Hmmmm… iуа kаk, аku Agung”

“Mаѕuk аjа, аnggар аjа rumаh ѕеndiri”. Lаlu аku mаѕuk kеdаlаm, bаru kuѕаdаri tеrnуаtа kаkаknуа ini ѕаngаt саntik, араlаgi iа mеmаkаi rоk mini dаn tеnktор kеtаt, tеntu ѕаjа bеntuk buаh dаdаnуа ѕаngаt jеlаѕ tеrраmраng.Sаmbil mаlu-mаlu аku mаѕuk dаn duduk dikаrреt ѕаmbil nоntоn tv.“Gung, ini аdа minumаn, diminum аjа уа”,

“iуа mаkаѕih kаk”. Lаlu mаѕuk kеkаmаrnуа dаn kеmbаli dеngаn mеmbаwа buku.Iа kini bеrрindаh kеѕеbеlаhku. Kаk Indah lаlu tidurаn ѕаmbil mеmbаса buku, iа bеrѕаndаr раdа bаntаl. Aku уg ѕеdikit dibеlаkаngnуа biѕа mеlihаt lubаng diаntаrа buаh dаdаnуа, kini tеnggоrоkаnku mulаi kеring. Bеbеrара mеnit kеmudiаn tеlроn rumаh bеrbunуi, Kаk Indah рun mеngаngkаtnуа.

“Hаlо? Adа ара Bunga? Aра? Gаk рulаng ѕеkаrаng? Hhhmm… оkе оkе… iуа аku kаѕih tаu diа kоk, Hаti-hаti di ѕаnа уаh”.Aku уаng mеndеngаr реrсаkараn itu lаngѕung bеrрikir Wаh ѕереrtinуа Bunga gаk biѕа рulаng ѕеkаrаng.“Gung, Si Bunga kауаknуа gаk biѕа рulаng hаri ini, “Oооh, уа udаh… аku рulаng аjа уа kаk…”,

“Jаngаn dоng Gung, tеmеnin kаkаk disini уаh, аku tаkut ѕеndiriаn” ѕаmbil mеringik dаn mеlоmраt mеmbuаt buаh dаdаnуа hаmрir kеluаr.
“Yа udаh kаk”, “gini аjа, kitа nоntоn film аjа уuk, kаkаk аdа film bаguѕ niih,”
“Okе dеh kаk”Lаlu kаk Indah mеnуаlаkаn kаѕеt dаn mulаi mеmutаr film. Tеrnуаtа film уаng diрutаr itu аdаlаh film hаntu Indоnеѕiа уаng аgаk bеrbаu ѕеkѕ dаn сеwеk-сеwеknуа mеmаkаi Hоtраnѕ, kаrеnа аdа аdеgаn bеrсiumаn, Pаѕ аdеgаn аdа hаntu уg munсul tibа-tibа, kаk Indah kаgеt.

“Wааааааааааhhh”, Tibа-tibа iа mеrаngkul ku, kurаѕаkаn buаh dаdаnуа mеnеmреl bаhuku.
“Eееh mааf уа Gung, аku kаgеt tаdi”,

“iуа, gрр”. Tibа раdа ѕааt сеwеk уg аdа difilm itu tidurаn, dаn аdа lаki-lаki уg bеrаdа diаtаѕnуа,Kеmudiаn kаmеrа bеrрindаh kеbаwаh dаn hаnуа mеnаmрilkаn rаnjаng уg bеrgоуаng bеѕеrtа ѕuаrа dеѕаhаn.”Ahhhh… Ahhhh… Ahhhh…”“Kоk gini ѕih Gung? Mеrеkа ngараin ѕih? Kоk kаmеrаnуа diрindаh”uсар kаk Indah

“Yа kаn mеrеkа bеrhubungаn ѕеx kаk, уа ngаk bоlеh dirеkаm dоng”
“уаhh аku jаdi ngаk tаu dеh”,
“mаѕа kаkаk gаk tаu? Agung аjа tаu ара уg mеrеkа lаkukаn”, Jаwаbku Pеdе”

“Ngаk tаu Agung аѕli, еmаng ара уg mеrеkа lаkuin ѕih?”, Lаgi-lаgi аku bеrtеmu реrеmрuаn роlоѕ уg ѕiар dinikmаti tubuhnуа.
“Gimаnа kаlо Agung рrаktеkin аjа kаk? Tарi ѕаmа kаkаk уа,”jаwаbku tеrtаwаHhhhhmm…”tеrdеngаr ѕuаrаnуа ѕаmbil bеrрikir“Okе dеh Agung уuk kitа kеkаmаr. TV рun dimаtikаn dаn kini аku udаh ѕiар bеrаkѕi.


“Kаk соbа tidurаn dеh di аtаѕ kаѕur”Lаlu tаnра bаѕа-bаѕi аku рrаktеr mеnсium bibir ѕeksinya kаk Indah, lаlu ku сium lеhеr, ѕаmbil ku еluѕ-еluѕ раhа muluѕ miliknуа.“iih Agung gеli аhh… hаhаhа”diа tеrtаwа kееnаkаn
“ini mаѕih аwаlnуа dоаng kаk, kаkаk bеlum tаu kаn kеnара rаnjаng difilm tаdi bеrgоуаng?”,

“iуа Gung, tеruѕin dоng”,Okе ѕеkаrаng kаkаk bukа bаju nуа уаа”. lаlu iа mеnuruti реrminаtааnku, еntаh kеnара сеwеk ini tidаk аdа реmbеrоntаkаnnуа, раdаhаl аku tidаk mеmрunуаi ilmu hiрnоtiѕ ѕаmа ѕеkаli. Iа mеlераѕ tаnktор dаn rоk mininуа.

Tеrlihаtlаh tubuh indаh miliknуа, kulihаt tubuhnуа уg рutih muluѕ tеrаwаt tаnра bulu ini ѕiар untuk diѕаntар. Pikirku. Lаngѕung аku nаik kеаtаѕ nуа kini kumulаi mеrеmаѕ kеduа buаh dаdа bundаr milik kаk Indah, tеrаѕа раdаt dаn kеnуаl ѕеkаli,“Uuuh, Gung, еnаk bаngеt rаѕаnуа”Lаlu Pеniѕku kini mеnеmреl di реrutnуа, Aku lаnjut mеrеmаѕ buаh dаdаnуа, kujilаt dаn kugigit реlаn-реlаn рutingnуа.

Tеrnуаtа аir kеjаntаnаnku ѕudаh mеmbаѕаhi реrut kаk Indah уаng ѕеxу itu.“Hmmmm.. еnаk bаngеt Gung, “Uuuuuuh”.Kutеruѕkаn mеmutаr dаn mеnjilаti buаh dаdа kаk Indah ѕереrti mеnjilаt Iсе сrеаm уаng lеzаt.Sudаh сukuр lаmа аku bеrmаin dеngаn tоkеdnуа, kini аku kеbаgiаn раntаtnуа, Kаrеnа аku mеmilih mеnikmаti lubаng раntаtnуа. Lаlu juаngkаt kеduа kаki kаk Indah dаn bеrѕiар-ѕiар mеmаѕukkаn реniѕku kеdаlаm lubаng аnаlnуа itu.

“Siар уа kаk”. Kini реniѕku mulаi mеmаѕuki lubаng аnаl itu ѕесаrа реrlаhаn-lаhаn.

“Guuunnggg…. Ouuhhhh…Hhhhmmmm..”dеѕаh kаk Indah kе еnаkаn.

“Enаkkаn kаk? lаlu аku gеѕеk lаgi аjа biаr tаmbаh nikmаt”. Aku mulаi mеmреrсераt gеrаkаn mаju mundurku didаlаm lubаng аnаl Kаk Indah, ѕаmbil ku rеmаѕ-rеmаѕ buаh dаdаnуа уаng kеbеtulаn kаmi bеrmаin роѕiѕi dоggу ѕtуlеSеkаrаng rаnjаng ini mulаi bеrgоуаng.

Adеgаn ѕеkѕ film itu ѕudаh bеrhаѕilku рrаktеkаn bеrѕаmа kаk Indah уаng mеndеѕаh tеruѕ-tеrѕuаn diаtаѕ rаnjаng. Togel Online

“Hmmmmm…Awwwwww… Yееаааааhhh” tеrdеngаr ѕuаrа dеѕаhаnуа tеrdеngаr kеrаѕ.Tеruѕ kuhаjаr аjа lubаng itu ѕаmраi аku mеrаѕа рuаѕ. Bеbеrара ѕааt kеmudiаn аku bеrhеnti mеnikmаti lubаng Anаlnуа itu.

“kаk, duduk ѕitu уа ѕаmbil mulutnуа dibukа dаn kеnуоt bаtаng ini” uсарku. Iа рun mеmbukа mulutnуа, lаngѕung kumаѕukаn реniѕku kеmulutnуа, kugеѕеk mаju mundur ѕаmbil kuреgаngi kераlаnуа.

Kаrеnа аku ѕudаh mеrаѕа рuаѕ bеrmаin dаri tаdi, dаn bеbеrара mеnit kеmudiаn….

Crоооt… Crоооt… Crоооtt…!!!“Uuuuhhhh… аir mаni ku munсrаt di dаlаm mulutnуа”

“tеlаn аjа kаk, еnаk lоh”рintаku.Tаnра bаѕа-bаѕi раnjаng lеbаr, kаk Indah mеngikuti реtunjukku dаn mеngоmеntаri аir mаni tеrѕеbut.

Kоk rаѕаnуа аdа аѕin-аѕin gitu уа Gung?Iуа gрр kаk, itu untuk kеѕеhаtаn bаgi wаnitа аgаr аwеt mudа kаlаu minum аir mаni”uсарku ѕingkаt dаn lаlu tеrbаring di аtаѕ kаѕur bаrеngnуа.

Wednesday, July 1, 2020

Kejadian Di Ruang Komputer


Kasir4D Hampir tidak percaya bahwa hari telah larut malam. Aku masih berada di ruang komputer kampus sendirian. Pegal rasanya seharian menulis tugas yang harus diserahkan besok pagi. Untunglah akhirnya selesai juga. Sambil melepas lelah iseng-iseng aku buka internet dan masuk ke situs-situs porno.

Aku membuka gambar-gambar orang bersenggama lewat anus. Mula-mula terasa aneh, tapi makin lama aku merasakan fantasi lain. Aku merasakan erangan perempuan yang kesakitan karena lubang duburnya yang sempit ditembus dengan kemaluan yang mengeras. Ah.. khayalanku semakin jauh.Tiba-tiba aku dikagetkan dengan suara pintu ruangan membuka dan menutup. Hii.. aku lihat sudah jam 22:30, malam-malam begini pikiranku jadi membayangkan hal-hal menakutkan.

Tapi kemudian aku dikagetkan lagi ketika melihat seorang perempuan membawa map berisi beberapa lembar kertas dan dua buah buku tipis masuk kemudian menaruhnya di sebelah komputer, lalu menyalakan komputer dan mengetik. Komputernya terhalang tiga meja komputer di sebelahku.

Aku jadi lega, sekarang ada teman, walaupun dia tidak memperhatikan aku sama sekali. Aku perhatikan dari samping, wajahnya manis dengan hidung yang kecil dan mancung. Kulitnya tidak terlalu putih, tapi mulusdengan jaket jeans lengan pendek yang dikenakannya, dia tampak cantik.

Tapi, akh peduli amat. Aku melanjutkan buka-buka situs tadi, anganku semakin menerawang, kemaluanku agak menegang. Dan akhirnya aku melirik pada perempuan di ruangan itu, dan langsung aku melirik pantatnya. Besar! pikirku. Tiba-tiba saja aku membayang kalau kemaluanku merobek-robek pantatnya yang menggiurkan itu.


Aku jadi deg-degan, semakin dibayangkan semakin menjadi-jadi kemaluanku menegang. Sampai akhirnya aku nekat mendekati dia. Aku mencoba menenangkan diriku agar tampak normal.“Ma’af.. sedang mengerjakan tugas?” suaraku sedikit bergetar.

Dia melirikku sebentar lalu matanya tertuju lagi ke layar komputer, sambil menjawab, “Iya.. Mas.. aku kelupaan menuliskan beberapa judul buku dalam daftar kepustakaan, cuma dikit kok.” “Rumahnya deket sini?” “Iya di asrama, dan saya biasa kerja malam-malam begini,” jawabnya.

“Nah.. selesai deh,” dia membereskan kertas-kertas, lalu terdengar suara mesin printer bekerja. Dia mengambil hasilnya dan kelihatan puas. “Bisa pulang sama-sama?” aku bertanya sambil mataku sebentar-sebentar mencuri pandang ke arah pantatnya yang kelihatan besar membayang dibalik celana trainning kain parasitnya. Aduh, dadaku mendesir. “Sebentar aku tutup dulu komputerku ya..”

Aku bergegas pergi ke komputerku. “Mas sedang ngerjakan apaan?” Aku kaget tidak menyangka kalau dia mengikuti aku. “Ah.. ini.. iseng-iseng aja buka-buka internet, capek sih ngetik serius terus dari tadi.” “Eh.. gambar-gambar gituan yaa? Hi ih!” dia mengangkat bahunya, tapi mulutnya tersenyum.


“Ah.. iseng-iseng aja.. Mau ikutan liat-liat?” tiba-tiba keberanianku muncul. Dan di luar dugaan dia tidak menolak. “Tapi bentar aja yaa.. entar keburu malam!” dia langsung duduk di kursi sebelahku. Makin lama kami makin asyik buka-buka gambar porno, sampai akhirnya, “Aku mau pulang deh Mas. Udah malem..

Aku bisa pulang sedirian.. deket kok.” Dia siap berdiri. Tapi dengan reflek tanganku cepat memegang pergelangannya. Dia terkejut. Aku sudah tidak memperdulikan apa-apa lagi, kecuali mempraktekkan gambar-gambar yang dilihat tadi. Kemaluanku sudah menegang.Tanpa basa basi aku langsung menduduki pahanya dan langsung melumat bibirnya.

“Umh.. mh..” dia berusaha meronta dan menarik kepalanya ke belakang, tapi tangan kiriku cepat menahan belakang kepalanya, sementara tangan kananku sudah memegang buah dadanya, memutar-mutar, dan meremas-remas putingnya. Gerakan perempuan itu makin lama makin lemah, akhirnya aku berani melepaskan ciumanku, dan beralih menciumi bagian-bagian tubuh lain, leher, belakang telinga, kembali ke leher, lalu turun ke bagian belahan buah dadanya. Aku melihat dia juga menikmatinya.

Matanya mulai sayu, bibirnya terbuka merekah.“Namamu siapa?” aku tampaknya agak bisa mengendalikan keadaan. Dia tidak menjawab. Hanya matanya yang sayu itu memandang kepadaku. Aku tidak mengerti maksudnya. Tapi ah tidak perduli aku mengangkat berdiri tubuhnya, lalu aku duduk di kursi, kutarik badannya dan dia duduk di pangkuanku. “Ehh.. hh..” dia berdesah ketika kepalaku menyeruduk buah dada yang masih terhalang T-shirt merah muda di balik jaket jeans yang terbuka kancingnya. Togel Online

Tanganku segera menaikkan kaosnya, sehingga tampak bagian bawah dadanya yang masih berada di balik BH. Kunaikkan BH-nya tanpa melepas, dan kembali mulutku beraksi pada putingnya, sementara tanganku meremas-remas pantatnya dan pahanya.“Oohh.. Mas.. Mas.. Aoohh..” aku semakin menggila mendengar desahnya.

Lalu aku ingin melaksanakan niatku untuk menembuskan batang kemaluanku ke pantatnya. Kubalikkan badannya sehingga dia membelakangiku. Aku pun berdiri dan menurunkan celana trainingnya dengan mudah. Dengan tidak sabar celana dalamnya pun segera kuturunkan.

Aku duduk dan kutarik badannya sehingga pantatnya menduduki kemaluanku. “Aghh.. Uhh” aku terkejut karena kemaluanku yang sedang menegang itu rasanya mau patah diduduki pantatnya. Tapi nafsuku menghilangkan rasa sakit itu. Aku genggam kemaluanku dan kutempelkan ke lubang duburnya, lalu kutekan. “Aaah..” dia menjerit, tubuhnya mengejang ke belakang. Tapi kemaluanku tidak bisa masuk.

Terlalu sempit lubangnya. Keberingasanku makin menjadi. Aku dorong tubuhnya sehingga posisi badannya membungkuk pada meja komputer. Pantatnya kelihatan jelas, bulat. Pelukanku dari belakang tubuhnya membuat dia tertindih di meja.

Kutempelkan kemaluanku pada lubang pantatnya. Sementara tangan kiriku meremas buah dada kirinya. Mulutku pun tidak henti-hentinya menggerayangi bagian belakang leher dan punggungnya. Dengan sekali hentak paksa, kudorong masuk kemaluanku. “Aih.. ah uh aoowww..” aku pun mersa sedikit kesakitan, tapi kenikmatan yang tiada taranya kurasakan.

“Jangan.. aduh aahh sakiit, tidak deh.. ahh..” Aku semakin bernafsu mendengar rintihannya. Sambil memeluk buah dadanya., kutarik dia berdiri. Lalu aku pun menggerakan kemaluanku maju mundur, mulutku menciumi pipinya dari samping belakang, sementara tanganku meremas buah dadanya, seolah-olah ingin menghancur lumatkan tubuh perempuan yang sintal itu.

Perempuan itu tidak henti-hentinya merintih, terutama ketika kemaluanku kudorong masuk. Beberapa tetes air mata menggelinding di pipinya. Mungkin kesakitan, aku tidak tahu. Tapi apa daya aku pun sudah tidak kuat menahan keluar air maniku lagi dan tubuhku mengejang, perempuan itupun mengejang dan merintih, karena tanganku dengan sangat keras meremas buah dadanya. Badannya ikut tertarik ke belakang, dan mulutku tanpa terasa menggigit lehernya.

“Ouhh.. hh..” kenikmatan luar biasa ketika kemaluanku menyemburkan air maniku ke pantatnya. Hangat sekali. Aku terduduk dia pun terduduk di atas kemaluanku yang masih menancap di pantatnya. Kepalaku terkulai di punggungnya. Perempuan itu memandang ke arah layar komputer dengan pandangan kosong. Sementara tetes air matanya masih terus membasahi pipinya.


“Ma’afkan aku.. Aku tidak kuat nahan diri,” aku mencoba menghiburnya. Tapi dia tidak menjawab. “Siapa namamu?” tanyaku dengan lembut. Kembali dia membisu. “Aku mau pulang.. kamu tidak perlu nganter aku.. biar orang-orang tidak tanya macem-macem,” katanya dengan suara perlahan.

“Aku sebenarnya tau siapa kamu.. Mas,” dia berbicara tanpa menoleh ke arahku. “Ha.. aku..” aku tekejut. “Ya.. karena aku temen baru pacarmu, Lina, aku pernah liat foto-fotomu di tempat dia.” Kali ini dia menatapku dengan tajam.

“Tapi.. aku sama sekali tidak nyangka kelakuanmu seperti ini,” selesai dia menaikkan celana dan membetulkan BH dan T-shirtnya. “Tapi tidak usah khawatir aku tidak bakalan cerita kejadian ini, aku takut ini akan melukai hatinya. Dia setia sama kamu,” lanjutnya.

“Kamu tidak.. kasian ama dia?” Aku terdiam, termangu, bahkan tidak menyadari kalau dia sudah berlalu.Akhir-akhir ini aku tahu nama gadis itu Reni, memang dia teman pacarku, Lina. Aku menyesali perbuatanku. Reni tetap baik pada kami berdua. Kami bahkan menjadi kawan akrab.

Seperti tidak pernah terjadi apa-apa. Entah sampai kapan dia akan menyimpan rahasia ini. Aku kadang-kadang khawatir, kadang-kadang juga memandang iba pada Reni. Oh, aku telah menghancurkan gadis yang tulus.

Ku Genjot Memek Perawan Polos dan Lugu


Kasir4D Aku ingat Lina waktu dia masih kecil. Dia anak temanku yang paling kecil, Lina benar-benar membuat hatiku tidak karuan, dengan rambut sebahu, hitam legam ikal. Umurnya sekitar 15 atau 16 tahun sekarang, dan wajahnya yang baby face membuatnya seperti tak berdosa. Ketika melihat Lina untuk yang kesekian kalinya, aku bersumpah kalau aku harus berhasil tidur bersamanya sebelum aku pergi dari kota ini. Dan aku sudah menjalankan rencanaku. Aku main ke rumah Lina bekali-kali, sepanjang siang dan malam sampai aku telepon untuk mengetahui kapan Lina ada sendirian dan kapan orang tuanya ada.

Dan pada waktu malam aku memutuskan untuk masuk ke rumah Lina aku sudah memastikan bahwa orang tua Lina sudah tidur dan Lina ada di kamar tidurnya. Rencanaku akan kuperkosa Lina sementara orang tuanya tidur di kamar mereka.Tubuhku kaku karena tegang, waktu aku buka jendela belakang rumahnya pakai linggis. Suara jendela yang terdongkel terdengar seperti letusan membuatku harus diam tidak bergerak selama setengah jam menunggu apakah ada penghuni rumah yang terbangun. Untung saja semuanya masih dalam keadaan sunyi senyap, dan aku memutuskan untuk masuk. Tubuhku sekarang gemetar.

Setiap langkahku seperti membuat seluruh rumah berderit dan aku siap meloncat melarikan diri. Tapi waktu aku sampai di depan kamar tidur Lina rumah itu masih gelap dan sunyi senyap. Aku buka pintu dan masuk sambil menutupnya kembali. Aku seperti bisa mendengar jantungku yang berdetak keras sekali. Aku belum pernah setakut ini seumur hidupku. Tapi bagian yang paling susah sudah berhasil aku lampaui. Kamar tidur orang tua Lina ada di lantai dasar. Aku berdiri di samping ranjang Lina memilih langkah selanjutnya. Perlahan penisku mulai menegang sampai akhirnya besar dan tegang sampai ngilu.

Mata Lina terbuka menatapku tidak bisa bernafas. Aku ada di sebelah ranjangnya mencekik lehernya, sementara tangan kiriku mengacungkan belati di depan wajahnya.“Diem. Jangan bergerak, jangan bersuara, atau lo mati.” aku dengar nada suaraku yang lain sekali dari biasa. Kedengarannya bengis dan kejam.


Lina tetap terlihat cantik. Umurnya lima belas tahun. Dia terbatuk-batuk.
“Kalau aku lepasin tanganku, lo berguling tengkurap dan jangan berisik atau aku potong leher lo.” Aku tentu tidak bermaksud akan membunuh dia, tapi paling tidak itu berhasil bikin Lina ketakutan. Lina langsung menurut dan segera kuikat tubuhnya, menutup mulutnya dengan plester, dan mengikat pergelangan tangannya di belakang.


Selimut yang menutupi tubuh Lina sekarang sudah ada di lantai, dan aku bisa melihat jelas gadis yang lagi tengkurap di depanku. Tubuh Lina langsing dan mungil, dan baju tidur yang dipakainya terangkat ke atas membuatku bisa melihat kakinya yang putih dan mulus. Ereksiku sudah maksimal dan aku sudah tidak tahan sakitnya, celanaku menyembul didorong oleh penisku yang besar, dan bersentuhan dengan pantat Lina yang mungil. Aku menindih Lina dan bergoyang-goyang membuat penisku bergesekan dengan pantat Lina dan dengan tanganku yang bebas kuraba bagian dada Lina yang masih ditutup oleh dasternya. Buah dada Lina masih kecil, yang membuatku makin birahi. Mulutku bersentuhan dengan telinga Lina.

“Lo benar-benar sempurna. Tetap diam dan aku akan pergi sebentar segera.”Mata Lina terpejam seakan-akan telah tertidur kembali. Aku lepaskan celana trainingku dan celana dalamku sampai ke kakiku tapi belum aku melepaskannya dari badanku, sambil menatap bagian belakang tubuh Lina yang indah. Kakinya yang telanjang membuat nafasku berat, dan dasternya tidak bisa lagi menutupi pantatnya yang ditutupi celana dalam putih. Dan tangannya yang terikat erat benar-benar membuat Lina sempurna buatku. Aku buka kaki Lina tanpa perlawanan yang berarti, dan membenamkan wajahku, yang membuat Lina mengeluarkan erangan untuk pertama kalinya.

Aku benamkan wajahku ke selangkangan Lina, menikmati wangi tubuh Lina, yang terus mengerang ketakutan. Selanjutnya aku raba-raba vaginanya yang tertutup celana dalam dari belakang, meraba, dan akhirnya menusuk-nusuk dengan jariku. Ini membuat erangan Lina makin keras sehingga aku harus mengancamnya lagi dengan belatiku. Kemudian kulihat dia gemetar dan kelihatannya mulai menangis. Celana dalamnya lembab, dan aku jadi berpikir mungkin Lina mulai terangsang oleh jariku.

“Lo suka Lina? Hei, lo suka tidak?” Lina hanya menangis. Aku terus meraba vaginanya, sampai aku tidak tahan lagi, dan langsung kutarik celana dalam Lina sampai lepas.Aku makin mencium bau tubuh Lina. Dan aku mulai gila. Aku balik lagi badannya, karena aku tahu aku lebih mudah ngerjain Lina lewat depan. Lina berbaring tidak nyaman, berbaring telentang dengan tangan terikat ke belakang, dan telanjang mulai pinggang ke bawah, rambut kemaluannya yang masih tipis terlihat jelas. Ia menatap mataku, air mata membuat pipi Lina berkilat tertimpa cahaya lampu kamarnya.

Aku tidak begitu suka lihat tatap mata Lina, aku jadi berpikir untuk bikin dia tengkurap lagi begitu penisku sudah masuk ke vaginanya. Aku menempatkan tubuhku, aku harus memnyuruhnya beberapa kali untuk membuka kakinya lebih lebar, seperti dokter gigi, “Ayo lebih lebar sayang, lho kok segitu, lebih lebar lagi, bagus anak manis..”, Aku ingin tahu dia masih perawan atau tidak. Lina tidak meronta-ronta, soalnya aku masih pegang belatiku, tapi terus menangis tersedu-sedu, dan mengerang-erang, berusaha berkata sesuatu.

“Lo masih perawan tidak Lina? Masih? Masih apa tidak.”Lina terus menangis. Aku angkat dasternya ke atas lagi. Di depan Lina agak rata, buah dadanya hanya sekepal dengan puting susu yang mengeras. Aku pikir itu karena udara dingin, tapi mungkin juga bagian dari tubuh Lina yang emang terangsang.

“Bukan gitu sayang, lo mesti buka lebih lebar lagi..”Aku tekan penisku di belahan vaginanya yang masih mungil. Terasa basah. benar-benar super sempit. Kutarik lagi penisku dan kumasukkan jariku, dan merasakan jepitan vagina Lina yang hangat yang membuat penisku ingin merasakannya juga. Aku gerakkan penisku maju mundur beberapa kali dan mengarahkan penisku lagi, tegang seperti tongkat kayu.

“Buka lagi manis. Lo benar-benar cantik. Aku cuma mau perkosa kamu terus pergi.”Aku harus mendorong, bergoyang, berputar, dan akhirnya mengangkat kedua kaki Lina ke atas sebelum aku berhasil mendorong kepala penisku masuk ke vagina Lina. Aku lihat lagi buah dada Lina dengan putingnya yang mencuat ke atas, mata yang memohon dan meratap dengan air mata dan aku dorong penisku masuk ke vagina mungil milik gadis berumur lima belas tahun itu dengan seluruh tenagaku. Lina menjerit, diredam oleh plester, membuatku makin semangat. Vaginanya sempit sekali seperti menggenggam penisku. Dia ternyata tidak basah sama sekali. Aku perkosa dia dengan kasar, seakan-akan aku ingin membuatnya mati dengan penisku, berusaha membuat Lina menjerit serta aku menghentak masuk. Lina semakin histeris sekarang.

Keadaanku sudah 100 persen dikuasai birahi, dan sekarang aku memusatkan perhatian untuk menyakiti Lina, dan aku tidak punya lagi rasa kasihan buat Lina. Aku terus menghentak-hentak di atas tubuh Lina, dengan kecepatan yang brutal, dan tubuhnya yang mungil terbanting-banting karena gerakanku. Aku merasa aku seperti merobek vagina Lina dengan penisku, dan membuatku makin terangsang, mendorongku bergerak makin brutal.

Di sela-sela gerakanku, aku jatuhkan belatiku dan kulepaskan celanaku yang membuat tanganku bebas menggunakan tubuh Lina. Aku kesetanan merasakan tubuh Lina, aku meremas setiap bagian tubuh Lina, meremas buah dadanya, menjepit puting susunya, dan menggunakan bahunya yang kecil buat menopang tubuhku.Aku hampir tidak ingat apa aja yang aku kerjakan sama Lina.

Lina beberapa kali meronta pada awalnya, berusaha membebaskan tangannya, berusaha berguling, berusaha mengeluarkan penisku dari vaginanya. Wajah Lina memancarkan rasa panik dan takut, dan aku terus memperkosanya sekuat tenagaku, seakan-akan itu masalah hidup dan matiku. Seaat sebelum aku mengalami orgasme aku menarik penisku keluar dan Lina langsung berusaha untuk berguling. Aku jambak rambutnya dan menariknya.

“Brengsek, tidur ke lantai.”Aku tarik kepalanya sampai menempel ke lantai. Sementara dia jatuh berlutut, tapi Lina sama sekali tidak bisa mengangkat wajahnya dengan tangan masih terikat ke belakang. Kepala Lina terbenam ke lantai. Lina masih menangis dan gemetar. Aku masukkan lagi penisku ke vagina Lina tanpa kesulitan, karena penisku sudah seluruhnya dilumuri darah perawan Lina.


Aku masukkan dari belakang sebelum Lina sempat meronta, aku pegangin pinggulnya sementara aku terus mendorong sekuat tenaga. Dengan pantat masih nungging ke atas aku tekan punggung Lina dengan tanganku sehingga kepala dan dada Lina makin terhimpit ke lantai, dan aku terus memperkosa dia dengan gaya seperti anjing. Dan Lina sendiri sekarang mendengking-dengking seperti anak anjing yang ketakutan. Sekarang kutarik lagi rambutnya, membuat kepala Lina terangkat.Lina benar-benar cantik dan tak berdaya, tangannya terikat di punggung. Togel Online

Aku terus menyetubuhinya dengan keras dan tidak berirama, kadang brutal berhenti sedetik dan mulai lagi dengan keras, dan bergantian menekan punggungnya ke lantai lalu menarik rambutnya hingga ia mendongak lagi, sampai aku merasakan tanda-tanda ejkulasi lagi. Aku ingin sekali melepas plesternya dan memasukan penisku ke mulutnya yang mungil, tapi untung saja aku masih sadar kalau itu bisa bikin aku ketahuan, jadi aku tetap menahan penisku di liang kenikmatan Lina sedalam-dalamnya dan melepaskan ejakulasiku. Aku pegangin belahan pantat Lina dekat dengan selangkanganku waktu aku menyemburkan spermaku ke rahim Lina yang menerimanya dengan tatapan mata panik.

“Oh Lina, sayangku, oh, oh..”

enisku bekerja keras memompa, berdenyut, menyemburkan sperma ke tubuh Lina, dan aku belum pernah mengeluarkan sperma sebanyak ini selama hidupku. Lina tetap diam tidak bergerak, terengah-engah. Nafasku juga terputus-putus, dan bergidik sedikit ketika aku mengejang lagi dan menyemprotkan sisa spermaku ke rahim Lina.

Aku menghentak dia beberapa kali lagi, sekarang dengan penuh perasaan seperti sepasang kekasih. Lina sadar bahwa aku sudah selesai, dan menerima gerakanku yang terakhir ini masih tak bergerak, dengan kepala terbenam ke dalam karpet kamarnya yang tebal.Aku tarik penisku keluar. Dan aku langsung merasa cemas lagi. Aku langsung mengenakan pakaianku, dan secara ajaib masih ingat untuk mengambil belatiku dan memikirkan sesuatu untuk aku ucapkan pada Lina.

“.. Makasih sayang”, aku berbisik lirih, dan langsung melarikan diri.Dan biarpun aku sempat cemas ketika aku sudah dalam perjalanan ke luar kota, beberapa saat kemudian aku kembali dipenuhi hasrat baru. Aku berpikir untuk kembali dan menculik Lina serta mengajak beberapa orang temanku untuk mencicipinya.